Untuk Panitia Reuni Alumni Bellarminus: AKU (TIDAK) RELA

 

Beberapa waktu lalu saya dikirimi poster reuni via LINE oleh seorang teman yang merupakan salah satu panitia. Langsung terbayang, wahhh kayaknya bakal seru nih ngumpul bareng teman-teman Bellar.

Beberapa teman Bellar memang masih lumayan sering bertemu, namun beberapa lainnya hanya rutin tegur sapa di sosial media, dan bahkan banyak juga yang sudah kehilangan jejaknya – entah di mana rimbanya, pasti menyenangkan sekali bisa bertemu dengan mereka semua sekaligus dalam sekali waktu.

IMG-20180723-WA0002

Terakhir kali berkumpul full team berarti tahun 2003 ketika kami semua SMP kelas tiga. 15 tahun berlalu, sudah pasti banyak sekali perubahan. Kalau dulu masih pakai putih biru, menenteng tas punggung dan botol minum, pulang sekolah sibuk latihan paduan suara, main bola atau Counter Strike, sekarang saya yakin beberapa teman ada yang setiap pagi harus berdandan necis dengan rambut klimis agar terlihat meyakinkan di kantor, ada juga yang harus bangun pagi untuk memasak air, menyiapkan sarapan, dan memandikan anak agar tidak terlambat masuk sekolah, dan masih banyak lagi hal lainnya yang ingin sekali saya dengar dari teman-teman.

Satu hal yang tidak ingin saya lihat ketika nanti akhirnya kami berkumpul adalah menyaksikan teman-teman saya bertambah tua namun tidak bertambah bijak. Saya tidak siap melihat temah-teman saya ternyata ikut ambil bagian dalam terpuruknya situasi sosial politik akhir-akhir ini.  Sampai detik ini saya masih menaruh standar tinggi pada mereka, dan berharap standar akan sama tingginya setelah bertemu nanti.

Begitu selesai membaca poster reuni yang diberikan oleh teman saya, sebetulnya saya ingin langsung menyebarkannya ke sosial media, dengan harapan teman-teman yang lain segera mengetahui adanya reuni Bellarminus dan kemudian punya pandangan yang sama dengan saya: Tidak sabar ingin bertemu. Namun akhirnya tidak jadi saya sebarkan karena saya bingung hendak berkata-kata apa.

Saya tidak ingin salah ucap, yang malah menyebabkan teman-teman yang lain jadi tidak ingin datang ke reuni. Atau siapalah saya ini sampai-sampai harus gembar-gembor acara reuni. Saya bukan panitia, dan saya lihat-lihat di sosial media, tidak ada satu pun teman-teman Bellar yang menggembar-gemborkan acara reuni melalui akun pribadi masing-masing. Saya tidak mau melangkahi, sederhananya begitu.

Ada juga perasaan khawatir, jangan-jangan hanya saya saja yang ingin reuni, jangan-jangan teman-teman Bellar sudah pada lupa dengan saya, atau jangan-jangan teman-teman tidak ada yang bisa datang dengan berbagai alasan, lalu mereka pura-pura tidak melihat postingan saya. Saya juga bingung hendak menambahkan basa-basi apa agar teman-teman yang lain ikut antusias menyambut reuni.

Tapi hari ini, setelah melihat poster lainnya yang diunggah di akun IG Reuni Bellarminus, saya memberanikan diri untuk ikut menyebarkan poster reuni, namun, sayangnya, dengan motif yang berbeda. Bila sebelumnya saya sangat antusias, kini salah malah cenderung pesimis. Atau bisa disebut khawatir reuni nanti akan sepi peminat, atau di bawah sesuai ekspektasi. Saya merasa perlu menyampaikan ini karena saya ingin reuni dapat terlaksana dan sukses. Mohon jangan disalah pahami.

Oh ya, poster reuni yang saya terima dari teman saya berbeda dengan poster yang lihat di akun IG. Yang di akun IG lengkap. Ada HTM, ada contact person, ada informasi jam berapa dimulainya.

Screenshot_2018-07-17-09-37-04-689_com.instagram.android

Seorang bijak berkata,”praise in public, criticize in private”, jadi seyogyanya tulisan ini saya sampaikan dari hati ke hati secara personal ke panitia. Bukan di muka umum seperti ini. Tapi menurut hemat saya, akan lebih mengena bila saya sampaikan di sini, dan siapa tahu ada teman-teman lainnya yang ingin menambahkan atau menyangkal kegundahan saya.

Berikut beberapa pendapat, yang mungkin bisa diartikan kritik, untuk teman-teman panitia.

1) HTM Rp150.000 (Include T-shirt, Totebag, Lunch & Drink)

Menurut saya terlalu mahal. Ini reuni pertama, mungkin lebih baik bila  yang jadi fokus panitia adalah makan gak makan yang penting kumpul. Bukan soal mewah-mewahan, bukan soal keren-kerenan, dan juga bukan soal hal-hal seremonial. Nanti di reuni berikut-berikutnya, baru deh bisa dipikirkan sesuatu yang berbeda untuk menjaga atau menambah antusiasme alumni.

Tidak masuk akal saya bila alumni diwajibkan membayar makan siang + minum karena toh panitia mengadakan bazaar yang pasti juga menyediakan aneka makanan dan minuman. Jadi biarlah para alumni yang datang memilih makanan di bazaar sekaligus memastikan orang-orang yang memasang booth akan ramai peminat. Lah ini kok panitia saingan sama pemasang booth. Kalau saya jadi pemasang booth yang menjual makanan dan minuman pasti saya protes.

Cobalah dikurangi HTM-nya. Ambil kata nilai lunch & drink Rp35ribu, berarti HTM sudah berkurang  menjadi Rp115.000. Dikurangi lagi kaos 50ribu, tinggal Rp65ribu. Oh ya, saya bingung kenapa panitia memasukan Tshirt di HTM, sementara mereka juga menjual Tshirt satuan sebelum acara reuni.

Beberapa waktu yang lalu saya membeli Tshirt Bellarian, lalu nanti kalau saya datang reuni, maka saya mendapat 1 Tshirt lagi. Jadi saya akan punya 2 kaos Bellarian gitu? Buat apaaaa?

Kalau mau jualan kaos untuk menambah pendapatan, ya jualan saja di bazaar, tidak perlu dimasukkan ke HTM segala. Kalau design bagus dan para alumni merasa kaos itu memberikan identitas ke-Bellar-an, niscaya pasti laku terjual

Oke, kembali ke HTM. Coba teman-teman panitia survey ke beberapa alumni, apakah HTM Rp65ribu terhitung mahal atau murah untuk acara reunian sekelas Bellar, yang daya tarik utamanya adalah bertemu dengan teman-teman lama, bukan misa syukur, bukan colorful bazaar, apalagi alumni performance. Rasanya masih akan cukup banyak yang bilang mahal.

Tapi okelah, misalkan HTM Rp50ribu. Masih fair. Perkiraan saya, uang tersebut akan terbagi menjadi:

Rp10ribu untuk keamanan & kebersihan
Rp10ribu untuk dekorasi
Rp10ribu untuk properti
Rp10ribu untuk sumbangan asosiasi alumni
Rp10ribu untuk pembubaran panitia jalan-jalan ke Pulau Pramuka.

Angkatan SMP saya (angkatan 8) kalau tidak salah jumlahnya 60 siswa. Anggap saja nanti hanya setengah dari angkatan saya akan datang ke reuni, dan demikian pula halnya dengan angkatan lainnya. Lalu anggap saja Bellarminus kini sudah punya 20 angkatan alumni, berarti yang datang nanti kurang lebih 600 orang (30 siswa x 20 angkatan),

Bila demikian, maka dari HTM akan terkumpul:

Rp6.000.000 untuk keamanan & kebersihan
Rp6.000.000 untuk dekorasi
Rp6.000.000 untuk property
Rp6.000.000 untuk sumbangan asosiasi alumni
Rp6.000.000 untuk pembubaran panitia jalan-jalan ke Pulau pramuka

Berarti total dari HTM Rp30.000.000, di luar sumbangan donatur sana-sini, biaya pendafaran peserta bazaar, penjualan kaos, dan penggalangan dana lainnya.

Cukup tidak? Ya dicukup-cukupin. Sekali lagi, ini reunian sekelas Bellar. Realistis saja.

Kalau ingin punya uang lebih banyak lagi agar bisa membuar acara yang lebih wah, ya berarti menjadi tugas panitia untuk mendatangkan donatur lebih banyak lagi. Gampang atau susah? Ya tentu saja susah, dan itulah alasan utama dibentuknya panitia yang isinya orang-orang terpilih atau memilih diri sendiri karena merasa mampu.

Lagi pula, logikanya, tidak mungkin menggantungkan biaya acara reuni pada HTM, karena HTM, kan, baru terkumpul paska acara, sementara panitia pasti membutuhkan dana sebelum acara dimulai. Satu-satunya sumber pemasukan paling logis ya dari donatur, jualan kaos dll, sponsorship. Panitia bagian dana benar-benar menjadi ujung tombak terselenggaranya acara reuni. Kalau acara reuni mau menggantungkan biaya pada HTM, ya gak perlu ada pantia penggalangan dana. Menurut hemat saya, pemasukan HTM itu untuk keuntungan atau amal. Makanya akan sangat masuk akal bila reunian ini gratis atau maksimal Rp50ribu.

Saya juga bingung bagaimana ceritanya bisa terpikirkan acara reuni — sekelas Bellar — HTM-nya kok Rp150.000. Coba tengok deh teman-teman angkatan kita, sekarang sudah pada jadi apa? Ini Bellar, men! Sekali lagi. realistis saja. Kita ini bukan lulusan sekolah swasta Katolik papan atas yang sebagian besar lulusannya punya income 8 digit di usia 30an tahun. Ada berapa banyak anak Bellar yang mau dan mampu mengeluarkan uang Rp150ribu untuk reuni? Belum lagi alumni yang sudah bekeluarga, yang kemungkinan besar akan membawa keluarganya ke acara reuni, artinya pengeluaran mereka akan lebih besar lagi. Bisa-bisa mereka akan mengeluarkan uang Rp200ribu lebih untuk reunian doang, broo. Bahkan kalaupun reunian nanti ngundang Raisa pun belum tentu mereka rela ngeluarin uang segitu banyak.

Oh ya, bagi non alumni (suami, istri, anak, pacar, orang tua dari para alumni) apakah juga dikenakan HTM? Berapa rupiah?

Pikiran terburuk saya, dari pada mengeluarkan Rp150ribu untuk melihat colorful bazaar dan alumni performance yang entah manfaatnya apa, saya bisa mengerahkan teman-teman alumni angkatan saya untuk janjian di pintu gerbang sekolah pada hari H, lalu nanti kami konvoi ke resto/mall terdekat.

Patungan Rp100ribu/orang udah bisa makan di Pizza Hut atau De Cost sampai kenyang dan ngobrol ngalur ngidul di ruangan ber-AC. Kalau ada teman yang tidak punya uang Rp100ribu bisa subsidi silang. Pasti ada kok 3-4 orang teman kita yang lebih sukses dari yang lainnya dan rela nombokin. Lah kalau acara Reuni Bellar nanti ada gak subsidi bagi teman-teman yang tidak punya uang tapi ingin datang?

Reunian di resto cukuplah 2-3 jam, setidaknya memuaskan rindu sesaat. Dari situ bisa saling bertukar nomor handphone, bikin group WA, kemudian merencanakan kumpul-kumpul episode berikutnya. Perkara rindu dengan suasana gedung sekolah dan salam-salaman dengan para guru bisa dilakukan lain waktu. Gak kena HTM.

Kenapa saya bilang 2-3 cukup? Ya karena kita semua punya kesibukannya masing-masing. Yang bisa ikut reunian dari pagi sampai kelar acara palingan Cuma alumni-alumni yang jomblo-jomblo kesepian dan panitia. Sementara acara reuni Bellar nanti akan dimulai jam 9 pagi sampai selesai. Siapa yang bakal dateng jam 9 pagi woii?

Sekarang begini, andaikata yang datang nanti 600 orang. Apa mereka semua akan datang dan pulang sekali waktu? Kalau tidak bagaimana? Misal mereka semua datang jam 9 pagi semua, lalu jam 12 sudah pada pulang karena udah punya acara keluarga masing-masing, trus puncak acara hanya dihadiri panitia? Kan ga lucu ya.

Kenapa acaranya tidak buat rapat saja, mulai jam 3 sore sampai 6 sore, misalnya, lalu ditutup misa. Gak panas terik juga jadinya. Atau kalaupun sudah terlanjur dari jam 9 pagi sampai selesai, hambok kita dikasih rundownnya. Biar para alumni tahu ada acara menarik apa di jam berapa.

2) Persiapan amatir
Maaf bila terdengar keras cenderung kejam. Tapi dengan HTM Rp150ribu, yang saya bayangkan reunian ini dikemas dengan kece, atau setidaknya ya jangan amatir-amatir bangetlah. Tapi ini saya lihat persiapannya pun jauh dari kesan kece, malah cenderung amatiran. Saya jadi curiga, ini panitia-panitianya kompeten gak sih.

Pertama, di salah satu poster reuni ada tertulis “Alumni Bellarian”. Ayolah, mana ada alumni Bellarian. Alumni Bellarminus berbeda makna dengan Alumni Bellarian. Masa iya dari sekian banyak alumni ga ada yang bisa membedakan arti Bellarminus dan Bellarian atau mengoreksi poster sebelum publish? Amatir sekali.

Kedua, coba lihat Instagram AlumniBellarminus. Di bagian ‘bio’ dicantumkan direct link untuk pendaftaran. Hey, ini panitia apa tidak ada yang menyadari bahwa link tersebut tidak bisa di-klik? Bio Instgaram tidak mengakomodir direct link, jadi percuma saja kalian cantumkan link pendaftaran di situ.

Kemudian di bagian website malah mencantumkan akun Facebook pribadi milik salah seorang panitia. Memangnya apa susahnya bikin akun Facebook khusus reuni? Dan lagi pula kenapa tidak sekalian bikin website alumni atau reuni? Biaya tidak sampai satu juta per tahun, dan untuk design webnya bisa cari alumni Bellar yang sekarang jadi programmar.

Susah atau mudah? Ya tentu saja tidak mudah, tapi sekali lagi, itulah kenapa dibentuk panitia.

Alasan lainnya kenapa saya menyebut persiapan amatiran. itu akun IG alumni Bellar sejauh ini baru punya 230 followers, Broo. Sesedikit itu alumni Bellar? Atau sesedikit itu alumni-alumni yang merasa masih Bellarian? Sesedikit itu yang bisa kalian jaring?

Saya tidak tahu bagaimana cara panitia memperkirakan jumlah peserta yang akan datang ke reuni nanti atau jumlah alumni yang sudah bisa mereka “pegang ekornya” kalau akun IG saja hanya punya 230 followers, itu pun akunnya digembok. Kenapa juga mesti digembok? Rahasia banget isinya?

Oh ya, tadi pagi saya baru saja bertemu dengan salah salah panitia, di Bellarminus, untuk membicarakan dekorasi. Di sana ada tiga orang panitia, sepertinya mereka hendak rapat atau baru saja selesai rapat. Entahlah. Saya iseng bertanya ke mereka, sejauh mana persiapannya?

Salah seorang menjawab, “mungkin 10% kali ya,” kemudian mereka tertawa. Entah di mana lucunya. Lalu salah seorang lainnya menimpali, “ itu aja 10% mungkin gak nyampe,” dan mereka kembali terbahak-bahak. Entah di mana lucunya.

Kemudian saya bertanya lagi, kira-kira berapa orang yang akan datang reuni?

“400 orang mungkin,” jawab salah satu panitia.

Waduh!

3) Tinggal 2 bulan lagi
Reuni akan berlangsung tanggal 22 September, sementara sekarang tanggal 23 Juli. Kurang lebih dua bulan lagi. Tadi ketika membicarakan tentang dekorasi, salah seorang panitia bercerita bahwa mereka masih menunggu keputusan sekolah Bellarminus terkait jadwal Bells Day.

Awalnya, Bells Day akan diadakan pada tanggal 18 September, namun panitia sedang melobi pihak sekolah agar Bells Day diadakan tanggal 21 September (sehari sebelum reuni) agar acara reuni bisa memanfaatkan tenda yang digunakan di Bells Day. Maksudnya, panitia reuni ingin “nebeng” tenda Bells Day. Selain untuk menghemat biaya, tenda yang digunakan di Bells Day lebih luas dibanding bila panitia mengeluarkan dana mandiri untuk memasang tenda, jadinya panitia mendapat dua kentungungan bila pihak sekolah mau menggeser jadwal Bells Day.

Ini tinggal 2 bulan lagi, dan hal-hal seperti ini belum diputuskan juga? Apa susahnya pihak sekolah menggeser Bells day dari 18 ke 21 karena toh acara reuni ini akan memberikan dampak besar bagi sekolah. Akan banyak alumni yang datang dan kemudian melihat banyak kemajuan dari Sekolah Bellarminus. Bisa saja para alumni nanti menyekolahkan anaknya ke Bellar atau setidaknya mempromosikan ke sanak famili. Ya terkecuali sekolah Bellarminus tidak merasa reuni ini merupakan acara resmi sekolah. Atau jangan-jangan komunikasi antara panitia dan pihak sekolah tidak berjalan lancar? Amatiran?

Jadi penasaran, ada berapa banyak hal lagi yang masih belum bisa dipastikan padahal acara tinggal hitungan 2 bulan?

Daripada deg-degan atau berantakan, kenapa tidak diundur saja acaranya. Jadi tahun depan gitu, misalnya. Daripada terlalu mepet dan dana tidak cukup.

—–

Demikian unek-unek saya terhadap acara reuni, yang sejujurnya saya nilai hanya dari tampilan luarnya saja. Bila ada yang tidak setuju atau ingin menyangkal argument saya, tentu dengan senang hati saya mendengarkan.

Unek-unek ini tidak saya maksudkan untuk menyinggung pribadi satu dua panitia. Dan lagi pula beberapa panitia adalah teman saya, yang saya rasa mereka tahu betul bahwa saya memang sukanya protes. Haha. Tetapi protes merupakan tanda sayang, bukan?

Di negara demokrasi, baik sangka dan buruk sangka punya tempat yang sama. Kita setuju atau tidak setuju dengan prasangka tersebut adalah lain cerita. Akan ada tempatnya yang lain lagi untuk menanggapi prasangka tersebut.

Begitu, sa kira.
*Unek-unek ini tadinya hendak saya tulis di Facebook, tapi untuk menghindari hal yang tidak-tidak jadinya saya tulis di sini aja deh.

Saya juga menyampaikan pendapat mengenai Reuni Aku Rela di Facebook, kurang lebih sepekan setelah tulisan di Blog ini, begitu mendapat penjelasan dari salah seorang teman panitia. Tulisan di Facebook saya dapat dibaca di sini 

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 1,281 diantaranya adalah kunjungan hari ini.