Uang Bensin ke Gereja Theresia
Tetiba saya jadi orang yang perhitungan. Sangat perhitungan. Lha, wong, dulu waktu masih kerja kantoran, saben gereja Minggu, saya tanpa banyak berpikir senengnya dolan dari satu gereja ke gereja lain. Ga masalah jarak dan waktu tempuh. Sekarang? Masya Allah.
Jadi ceritanya Jumat kemarin saya pingin ke gereja untuk Misa Jumat Pertama. Nah, untuk jadwal misa siang hanya ada di beberapa Gereja di Jakarta, sedangkan gereja-gereja yang dekat rumah hanya ada misa malam saja. Hal ini sempat membuat ragu mau ke gereja atau tidak. Saya tidak mungkin misa yang malam karena ada jadwal dekor. Dulu waktu jaman kerja kantoran, biasanya Jumat Pertama sepulangnya dari bekerja. Jam enam sore di Gereja Theresia.
Jarak yang sangat jauh dan kemungkinan macet, membuat saya mempertimbangkan bensin yang akan keluar. Ya, namanya juga pedagang pemula. Masih takut miskin. Tapi akhirnya saya putuskan ikut misa yang jam 12 siang di Gereja Theresia. Telat sekitar lima menit karena macet, membuat saya harus duduk di aula. Gereja penuh. Kaget juga ternyata antusiasme karyawan/karyawati Katolik cukup besar. Karena berada di tengah-tengah kota, Gereja Theresia banyak didatangi para pekerja di sekitaran Sudirman – Thamrin.
Setelah misa selesai, saya bergegas pulang. Sudah ada jadwal padat yang menunggu. Juga karena saya harus parkir di pinggir jalan, jadi harus segera mungkin pergi daripada diderek karena dianggap parkir liar. Tidak sempat rosario, novena, atau bahkan foto-foto. Sebetulnya saya ingin menjadi kesempatan ini sebagai lanjutan dari ziarah dari gereja ke gereja dalam rangka Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah, tapi bisa dianggap begitu, ga, ya? Haha
Secuil pendapat saya tentang Gereja Theresia. Letaknya strategis, dalam artian mudah dijangkau dengan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Hanya saja parkirannya tidak luas. Kalau dari kantor, dulu, saya naik metro mini 15 dan turun tepat di depan gereja. Pulangnya saya jalan ke Dukuh Atas, kemudian dari situ naik bus sampai Tol Jatibening. Saya juga sering misa Hari Minggu pagi, pukul 6, di sini. Enak. Cepet. Tidak sampai satu jam sudah kelar. Hehe. Setelah misa, saya akan berjalan kaki ke depan Sarinah untuk makan bubur sambil cuci mata memandangi orang-orang yang Car Free Day. Setelah kejadian bom Sarinah, saya belum pernah melakukannya lagi. Takut. Saya juga pernah ikut kursus Kitab Suci di gereja ini tapi tidak selesai. Haha.
Hari Jumat, 04 Maret 2016. pukul delapan malam, saya dan teman-teman dari Awan Pary Decoration selesai menghias ruangan. Ketika pamitan, Mbak Erni, sang pemesan dekorasi, memberi saya uang lebih dari yang telah disepakati. Itu pun dia juga sudah menyuguhi kami teh gelas, donat, dan nasi goreng. Menang banyak rasanya. Hehe.
“Nih, Mas, untuk uang bensinnya,” katanya sambil tersenyum.
Padahal di harga paket dekorasi, saya sudah memasukkan uang bensin. Oh, ini uang bensin untuk perjalanan ke gereja kayaknya. Tuhan menggantinya tunai. Warbiasa.