Teori Maksim Anggara Gita
Penulis: Ares Hutomo.
Beberapa saat yang lalu datang sebuah permintaan yang begitu humble, saya diminta kesediannya untuk menulis (lagi) di blog Anggara, yang mana menurut argument si peminta tersebut, saya telah kalah taruhan. Taruhannya pun bukan main-main: uang semilyar, yang mana menurut Anggara, saya telah menuliskannya dengan jelas di salah satu medsos yang berafiliasi dengannya.
Sebelum saya melanjutkannya, sebagai lulusan sastra bidang linguistik, saya mengajak para pembaca untuk menganalisis kalima ‘taroan semilyar dalam beberapa jam teman saya akan memenuhi timeline’. Nah tolong diingat-ingat dulu kalimatnya, nanti saya akan menjelaskannya lebih lanjut.
Menurut apa yang saya pelajari dan saya tulis sendiri skripsinya, yang bertemakan Maxim Violation atau pelanggaran maksim, suatu percakapan akan memenuhi kriteria tertentu jika percakapan itu memenuhi prinsip kerjasama dari Grice. Maksim Grice atau prinsip kerjasamanya menjelaskan bahwa agar proses interaksi dan komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat berjalan lancar, maka masing-masing harus dapat bekerjasama secara baik dan optimal. Prinsip kerjasama Grice meliputi 4 maksim yaitu maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan pelaksanaan. Nah seperti apakah maksim-maksim itu dapat dijabarkan, mari saya ajak untuk melihatnya.
Maksim kuantitas adalah suatu bentuk percakapan di mana sang penutur harus memberikan informasi yang seinformatif mungkin, tidak berlebih dan memadai kepada mitra tutur. Bagian yang dianggap tidak sesuai dalam suatu percakapan akan dianggap melanggar maksim ini. Kalau kalian masih bingung bisa diartikan seperti ini: Anda bertemun dengan seseorang di jalan dan kemudian dia bertanya kepada anda tentang di mana letak minimarket terdekat.
Di sini dapat disimpulkan bahwa anda cukup memberitahukan di mana letak minimarket itu dengan point of view anda. Anda tidak perlu menyebutkan 4-5 minimarket lain yang letaknya cukup jauh agar supaya memberikan orang itu pilihan lain. Di sinilah arti sebenenarnya dari maksim kuantitas.
Berbicara tentang Anggara, dia adalah orang yang — dengan hiperbol akan saya sebut sebagai — sangat baik sekali dalam hal pematuhan maksim kuantitas. Dia adalah orang yang informatif, ramah (walaupun ramah bukan termasuk tipe maksim), dan bisa dibilang cukup memadai. Saya tidak akan panjang lebar dalam memberikan penjelasan tapi saya yakin semua pembaca disini dapat menilai Anggara dari tulisannya di media sosial manapun dan bagaimana dia bercerita di kehidupan nyata. Anggara adalah cowok yang baik dalam hal ini. Sangat.
Yang kedua adalah Maksim Kualitas yaitu si penutur harus memberikan informasi yang sesuai fakta kepada mitra tutur. Dalam hal ini, Anggara sulit dideskripsikan. Saya sangat setuju Anggara sangat professional di dalam bisnisnya, dia tidak akan mungkin melanggar maksim kualitas dan mengecewakan relasi-relasinya. Tapi bagaimana dengan wanita? Saya memerlukan waktu beberapa lama untuk menemukan suatu kalimat yang cocok tapi akan coba saya jelaskan dengan singkat. Anggara sangat pandai dalam permainan kata, bagi kamu yang yang sedang jomblo, wanita tentunya, dan suka dengan berbagai macam rayuan, pujian dan gombalan yang akan membuatmu merasa seperti dewi-dewi di surga, bukan dewi prasetyaningrum yang lain, segera hubungi Anggara.
Saya beritahu triknya: coba pesan balonnya, maka semuanya akan mengalir seperti air di sungai Yordan. Berbanding terbalik dengan tipe wanita yang tidak terlalu senang dibegitukan, bukan berarti saya beranggapan bahwa wanita gak suka dipuji, segera jauhi Anggara. Delete semua kontaknya, lupakan wajahnya, tapi jangan coba untuk mematikan periuk nasinya. Dagangan dia berbeda kasus untuk hal ini.
Maksim relevansi adalah suatu bentuk tutur kata yang dapat terjalin dengan baik jika penutur dan mitra tutur dapat memberikan kontribusi yang relevan terhadap apa yang dituturkan. Jadi bila seseorang bertanya tentang berapa usia anda janganlah dijawab kalau sekarang ini saya masih jomblo. Hal ini melanggar maksim relevansi. Anggara Gita adalah orang yang pandai dalam hal ini. Tidak mengecewakan ketika anda mengenalnya dan tau lebih jauh tentangnya, dengan background sarjana dan pengetahuan umumnya yang begitu dalam, anda tidak akan merasa bosan berada dekat dengannya. Dia akan selalu menemukan topik yang sesuai yang dengan need anda. Agak melenceng dari teori maksim relevansi memang tapi menurut saya seseorang yang mahir dalam pematuhan maksim relevansi, dia bukanlah tipe orang membosankan. Cerdas tentunya. Anggara adalah package yang pas. Dengan berat hati saya harus mengakuinya.
Terakhir, maksim pelaksanaan merupakan suatu tindak tutur dimana penutur dan mitra tutur harus bertemu secara langsung dan memberikan informasi yang jelas dan isi pesan tidak boleh ambigu atau kabur isinya. Maksim pelaksanaan memang cocok sekali buat Anggara. Bila kalian sudah dapat menilai Anggara dengan ketiga Maksim diatas, segera temui dia. Apa anda cocok dengannya? Apa dia yang sedang anda cari? atau malah anda tertarik pada saya si penulis yang mampu mendiskripsikan si empunya blog?
Kembali lagi ke awal tadi dimana saya membahas mengenai ‘taroan semilyar’. Menurut saya, tidaklah wajib saya harus mengeluarkan uang semilyar hanya untuk sebuah kalimat, karena memang pada akhirnya teman saya itu tidak memenuhi timeline seperti yang saya perkirakan karena menurut saya dia memang sengaja melakukannya. Namun biarlah, di sini saya hanya akan menanggapinya dengan sains saja, tepatnya berbahasa, seperti para ahli-ahli di sidang hukum pidana yang lagi heboh itu.
Kalimat saya sebenarnya telah dilanggar oleh suatu teori dasar percakapan: ada tidaknya penutur dan mitra tutur. Dalam hal ini tidak ada lawan bicara yang menanggapi pernyataan dan atau ajakan saya untuk bertaruh jadi secara pragmatis bahasa apa yang saya ungkapkan telah gugur. Bagaimana saya mau membayar semilyar kalau tidak ada yang berani menanggapi coba? Kemudian kita bisa perjelas lagi dengan 4 prinsip kerjasama grice tadi, apakah kalimat yang saya kemukakan mematuhi salah satu prinsip kerjasama tersebut? Saya rasa tidak dan itu sudah cukup jelas dengan Anggara sebagai role modelnya. Lalu kemudian muncul pertanyaan, kenapa saya menulis ini? Apa saya merasa bersalah lalu mengikuti permintaan humble dari Anggara tadi dan lalu menulis di sini? atau apakah saya merasa takut karena mungkin akan dianggap banyak alasan karena tidak gentle?
Oh, Ayolah teman, saya juga jomblo. Tidak tampan tapi pekerja keras. 28 tahun.