Tentang Saya
Hai, salam kenal!
Angga atau Anggara, begitu biasanya teman-teman memanggil saya. Ada juga yang memanggil Ceking, panggilan akrab saat SMA, merujuk pada tubuh saya yang kurus kerempeng kala itu. Akhirnya sekarang lumayan banyak yang ikut-ikutan memanggil saya Ceking. Dari situlah asal muasal penamaan blog ini.
Kini Ceking sudah tidak kerempeng lagi. Sebagai perbandingan saja waktu SMA tinggi saya 180cm dengan bobot tubuh hanya 60kg. Kini saat tulisan ini dimuat, 183cm/83kg. Puji Tuhan!
***
Saya suka sepakbola, terlebih Inter Milan. Ayah yang pertama kali memperkenalkan saya kepada olahraga sebelas lawan sebelas ini. Ketika itu kesebelasan Inggris sedang melawan entah tim mana saya lupa, tetapi ada satu hal yang selalu teringat.
“Pah, kenapa kipernya enggak megang bola sampai gawang musuh aja kalau begitu?”
Angga kecil bertanya kepada ayahnya. Dia bingung, kenapa dari 22 pemain di atas lapangan, ada dua pemain yang diperbolehkan memegang bola. Dan kenapa bolanya tidak dibawa saja menggunakan tangan sampai gawang lawan.
Saya sangat menggemari lagu-lagu The Beatles dan juga musik reggae. Saya juga suka membaca, menulis, berbicara, merayu, merisak teman, dan bercanda. Kata terakhir pada kalimat sebelum ini adalah sifat yang paling menggambarkan diri saya. Sayangnya Anda tidak akan melihatnya pada tulisan, karena menulis adalah cara saya menyampaikan hal-hal yang tidak terucapkan oleh lidah. Lidah dan jari saya punya dua tugas berbeda.
Satu lagi. Saya suka INDONESIA. Bagi saya, Indonesia adalah negara pilihan Tuhan. Dan Anda semua, termasuk saya, yang dilahirkan di Indonesia haruslah sangat bersyukur. Lho kenapa? Ya iyalah, karena mungkin saja setelah kehidupan ini Anda tidak masuk surga, tapi setidaknya Anda telah merasakan hidup di Indonesia. Surga dan tanah air Indonesia, saya rasa, sama indahnya. Jadi, berbahagialah Anda yang tinggal di Indonesia dan kemudian masuk surga, itu artinya Anda sangat amat beruntung karena dua kali merasakan keindahan ciptaan Tuhan.
Mungkin itu juga sebabnya orang Indonesia banyak yang tamak, egois, dan berani melawan Tuhan. Orang-orang Indonesia merasa tidak perlu lagi merasakan indahnya surga, karena toh sudah tau rasanya seperti apa. Dan mungkin ini juga alasan orang mancanegara berbondong-bondong datang ke negara kita: mereka ingin melihat surga.
Saya takut ketinggian dan hal-hal yang super cepat. Pesawat dan permaianan wahana seperti Dunia Fantasi (Dufan) adalah contohnya. Saya tidak menyukai amarah. Bagi saya, amarah tidak menambah apa-apa selain sakit hati. Saya kerap dibuat bingung oleh mereka yang mudah sekali tersulut emosinya, lantas marah. Sebetulnya apa sih yang mereka harapkan dengan mengangsurkan amarah? Agar lega hatinya? Egois sekali! Atau untuk memberi efek jera? Sombong sekali!!
***
Saya mirip sekali dengan Ibu. Kami berdua mudah sekali terenyuh. Melihat pemulung kerap membuat diri saya merasa tidak beguna. Ingin sekali membantu, namun sayangnya tidak bisa berbuat banyak. Sesekali saya dapat memberi. Sesekali saja, tidak setiap hari. Itupun sedikit. Suatu hari nanti ingin sekali dapat membantu mereka satu kali saja namun cukup mengubah hidup mereka menjadi jauh lebih layak. Dengan memberi mereka pekerjaan, misalnya. Atau memberi harta karun yang tak habis tujuh turunan. Paling tidak tega melihat anak kecil dan ibu-ibu yang menenteng karung, mengais tong sampah, di malam hari demi sesuap nasi. Sedihnya bukan main.
Saking mudahnya saya terenyuh, sampai-sampai tidak bisa melihat orang kesakitan. Melihat adegan kecelakaan atau mendegar orang yang tertimpa musibah, cukup membuat perut saya mules dan jantung berdebar kencang. Sungguh.
Saya tergila-gila pada perempuan yang pintar tapi rendah hati. Tidak hanya itu, dia juga harus pekerja keras dan mengerti cara mempercantik diri. Entah dengan riasan di wajah, wewangian di tubuh, atau sekedar apik dalam berpakaian. Saya rasa itu tidak muluk-muluk karena ibu saya seperti itu.
Apabila ditanya tentang cita-cita, maka dengan tegas saya jawab: Presiden Indonesia. Lalu bagaimana apabila tidak kesampaian? Saya akan menjadi pelatih sepakbola. Jika tidak kesampaian juga, bagaimana? Saya akan menjadi pengusaha yang sukses dan menulis beberapa buku. Bagaimana jika hal ini tidak kesampaian juga? Tidak mungkin!
Anggara selalu mendapatkan apa yang dia mau. Dia tidak hanya punya tekad yang kuat, tapi juga mempunyai Tuhan yang baik. Oleh karena itulah, dia selalu yakin akan buah manis dari tiap-tiap usahanya.
Begitu, saya kira.
~ Anggara Gita, 06 Mei 2015