Tanggapan Gue atas Komentar di Tulisan tentang @KatolikG

Sesuai dugaan, akan banyak yang bereaksi. Tentu saja sebagian besar kontra dengan pendapat gue, bahkan kayaknya cuma 1-2 akun yang sependapat. Haha. Sokeyyy. Tapi cuma sedikit banget yang langsung gue tanggapi di Twitter karena gak mau membanjiri timeline dengan isu agama.  Kasian teman-teman lainnya yang ingin cari hiburan di Twitter tapi yang lewat malah ribut-ribut agama. Bikin mata pedesss.

Jadinya balasan terhadap komentar teman-teman, gue tanggapi di blog lagi aja ya. Lebih enak juga di sini, ga dibatasi 140 karakter. Mudah-mudahan yang pada mention dan berharap mendengar tanggapan gue pada baca.

Here we go.

2

56

1) Hehehe. Langsung ada yang merasa bahwa celotehan gue di blog adalah cara mencari perhatian untuk mendatangkan pengunjung web? Apakah benar tujuan gue itu? Benar! Apakah yang gue sampaikan di blog adalah omong kosong belaka? Sama sekali tidak!

Silakan tidak sependapat dengan gue, tapi menganggap apa yang gue sampaikan adalah omong kosong tidak berdasar dan semata-mata hanya untuk cari sensasi, menandakan dirimu ternyata tidak ada bedanya dengan golongan-golongan yang selalu merasa dirinya benar. Golongan-golongan yang hobinya playing victim dan menggiring opini terzolimi manakalah ada pihak lain yang tidak sependapat.


2110

2) Ada juga yang kebingungan dengan maksud ocehan gue. huhuhuahuha. Ya maaap. Ternyata kemampuan berbahasa gue seburuk itu ya? Padahal di CV gue selalu bilang “good communication skill” sebagai nilai lebih. Ya setidaknya gue telah menyampaikan pandangan gue terhadap akun @katolikg dengan tulisan panjang lebar.

Kalau harus dibuat kesimpulan, tulisan itu tentang ketidaksukaan gue terhadap akun@katolikg  karena menggunakan nama kelompok tapi kicauannya jauh berbeda dengan nama yang dipilih. Khawatir menggiring opini yang keliru. Pendapat sesederhana itu bisa aja ditulis di Twitter, tapi ya entar ditanya alasannya apa. Mending ditulis panjang sekalian kan ya, biar bisa nulis dasar pemikiran gue.


201815

3) Beberapa ada yang bilang gue kontradiktif. Menyatakan ketidaksukaan pada akun @KatolikG yang isinya tidak lucu tapi sambil memaki. Jawabannya atas tanggapan ini mudah banget. Pertama, ketidaksukaan gue pada kicauan @katolikg bukan semata-mata karena kicauannya yang tidak lucu, tapi karena dia bilang dirinya lucu namun kicauannya malah dominan menanggapi isu negatif. Paham kah?

Andaisaja dia menggunakan nama Katolik Garis Keras, Front Pembela Katolik, dsb, ya gue mungkin aja gak akan memberi reaksi. Bahwa kemudian gue menggunakan diksi kasar, toh gue saya toh menggunakan akun pribadi. Tidak bersembunyi di akun alter. Hal buruk yang gue lakukan di Twitter, kecil kemungkinan membuat netizen awam menggeneralisir bahwa gue adalah cerminan sebuah kelompok. Berbeda dengan akun yang menggunakan nama Katolik.


19

4) Hehe. Maap. Lagian kok baca beginian doang aja 5 menit. Lama Amat.


16

5) Yang gue lakukan ini bentuk penghakiman kah? Lalu apa sebaiknya yang gue lakukan untuk menunjukan bahwa gue tidak suka?


1498

6) Dari sekian banyak komentar, yang model begini yang paling bodoh sih. Apa hubungannya pencet unfollow dengan keresahan? Apa hubungannya dengan gue bikin akun baru?


13

7)  Siapa coba yang nyuruh jaim? Hua. Ya sudahlah, sehat-sehat terus ya. Banyak-banyakin baca.


12

8) Suka banget sama pendapat ini. Tepat sasaran. Tanggapan gue, kelucuan memang sangat relatif. Oleh karenanya di tulisan tersebut, gue bilang okelah silakan melucu walaupun jayus (artinya selera lucu kita berbeda), tapi setidaknya gak usah marah-marah. Malah melenceng jauh dari nama akunnya.

Kemudian untuk bigotry, haduhh gue sampai ga tega ngeshare isi percakapan group DMnya si @KatolikG. Ada beberapa akun yang hobinya berbagi hal negatif dengan tambahan bumbu negatif. Dan si akun @KatolikG diem aja. Ini sih yang bikin saya jengkel. Gimana ceritanya dia belagak menegur khalayk ramai, tapi yang di circle sendiri aja diem. Satu-satunya alasan sih bahwa @KatolikG tidak merasa ada bibit bigot di groupnya.


11

9) Iya nih Mas, tadinya mau gue sertakan contoh-contoh Twitnya, cuma kok males. Haha. Saya berpikir bahwa akun @katolikG pasti tau twit-twit mana aja yang gue anggap negatif, karena beberapa kali Twit dia yang gue rasa negatif langsung gue tanggapi. Gue juga merasa bahwa @KatolikG tau tentang akun/komentar bigot di group.

Kalau Mas Dito mau, bisa kok search di Twitter menggunakan kata kunci nama akun gue dan @KatolikG, seperetinya akan muncul twit-twit yang menghubungkan kami berdua.


7
10) Yang mas ini sampaikan, sudah gue sampaikan juga di tulisan tsb. Gak paham dia.


4

11) Level lain dari kebodohan. Ya pastilah pendapat gue subjektif, ini blog gue, bukan atas nama institusi, ya isinya sudut pandang gue. Tata bahasa dan EYD?  Ini gue lagi nulis blog, bukan skripsi. Baper? Kata ‘Katolik’ dan ‘Lucu’ itu kaitannya soal rasa, bukan logika. Ya tentu tanggapannya karena soal rasa. Kecuali nama akunnya ‘Matematika’ lalu membahas hitung-hitungan, kemudian marah-marah tersinggung.


3

12) Ada manusia modern yang bisa komen macam gini doang. Kalah sama manusia abad pertengahan. Hahaha.


asas EQOPoGRUEAA2CCm (1)

13) Salah satu pendapat yang gue seneng bacanya.

Iya, betul, bahwa semua hal yang sudah dijamin undang-undang, harusnya sah-sah saja untuk dilakukan. Tapi manusia itu bukan cuma soal aturan, tapi juga soal rasa, Mas. Coba ada tetangga Mas yang hidupnya tertutup, Mas juga pasti mungkin aja berprasangka kan? Nah lebih-lebih ini gereja, yang kita tahu betul bahwa kita minoritas. Tidak bisa hanya sekadar mengandalkan undangan-undang.

Kita semacam ada keharusan effort lebih untuk menunjukan bahwa orang-orang yang menghuni gereja adalah orang baik, bukan musuh, dll dll. Lagipula memang itu kan ajaran Yesus, menjadi garam dan terang dunia. Nah, yang jadi soal kemudian, kita gak bisa menutup mata bahwa mungkin aja ada gereja-gereja yang hanya difungsikan sebagai tempat ibadah. Jadi kegiatannya hanya berdoa, berdoa, berdoa, tanpa melakukan kegiatan sosial ke sekeliling. Yang kaya gini ini berharap diterima masyarakat dengan mengandalkan undang-undang?

Lebih-lebih kita yang jauh dari sana, berkoar-berkoar memperkeruh suasana. Ada banyak pendekatan untuk dapat diterima. Jalur hukum salah satunya. Jalur sosial, salah duanya. Media sosial tempuh saja jalur sosial, menurut hemat saya.


asasasasasasasasas asasasasas

14) Yahhhhhh, jangannn gituu. Maaff ya. Ga bermaksud sensi ke akun garis lucu. ahahah


asasaskykkhhk

15) Gue ga tau harus nanggepin apa. Huaaaa


Kayaknya belum semua ditanggapi, tapi segitu dulu deh ya. Mau beraktivitas dulu.

Terima kasih banyak atas tanggapannya. Maaf atas kegaduhan dan diksi yang tidak berkenan.

Deo Gratias

 

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 146 diantaranya adalah kunjungan hari ini.