Selamat Berbahagia, Dita & Hepi!

Suatu malam di Panahan Senayan, sahabat saya melontarkan sebuah pertanyaan yang tidak tepat waktunya. “Kira-kira lo akan nikah kapan, Men?”

Saya tidak bisa menjawab.

Malam itu Hepi menemani saya yang sedang dirundung kesedihan sebab mantan saya akhirnya punya kekasih baru, tepat dua pekan setelah si Mbak mantan ngajak balikan. Saya dan Hepi menghabiskan malam dengan menyantap nasi goreng gila favorit kami di tengah kepulan asap knalpot layaknya anak gaul Jakarta.

“Kalo lo, Men? balik saya yang bertanya.

“Gak tau sih, tapi yang pasti di atas umur 30. Sepertinya 32.”

Kira-kira kejadiannya lima tahun yang lalu, kala itu saya sudah bekerja sementara Hepi masih kuliah dan sedang tidak punya pacar. Waktu berjalan, hingga akhirnya Sabtu, 29 Juli 2017 yang lalu, Hepi mengucapkan janji setia ke belahan jiwanya di depan altar, kemudian dilanjutkan resepsi super wah di kota Yogya. Sementara saya….  jomblo. Jomblo terhitung sejak Hepi menjelaskan bahwa  dengan kondisi yang sedang ia alami saat itu sangatlah tidak memungkinkan untuk mikir nikah.

___

Seperti pohon… Di pokok kita masih satu, lantas kita berpisah di cabang. Ada yang ke kiri, ada yang ke kanan, ada yang terus ke atas, ada yang ke depan, ada yang ke belakang. Atau bilapun masih satu di cabang, kita nanti akan berpisah juga di ranting. Ke atas, ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang. Saat kita kecil dulu, kita masih satu, masih anak kecil. Lantas sedikit demi sedikit waktu kita bikin kita beda. Waktunya makin banyak, beda kita tambah banyak.

Itulah kita

(Bubin Lantang, Anak-anak Mama Alin)

Demikian juga yang terjadi antara saya dan Hepi. Kami kenal sejak Taman Kanan-Kanak. Tepatnya TK Besar. TK BESAR, PEMIRSAHHH. Itu 24 tahun yang lalu.. Lama sekali. Saat itu kami masih mengenakan baju kotak-kotak dan topi bulat. Waktu bocah saya lebih seperti hewan liar yang lepas dari kurungan, lari ke sana ke mari sambil teriak-teriak gak jelas, sementara Hepi adalah sosok anak manis yang duduk di pojok dekat pilar tembok. Hanya saya yang tau apa yang sebetulnya dilakukan Hepi saat itu: ngintipin celana dalam asisten rumah tangga yang duduk ngangkang ketika menunggu anak majikannya sekolah. Bangke memang, tapi itu kenyataannya.

Waktu berjalan, SD – SMP – SMA – kuliah – sampai kerja, ada sangat banyak teman yang berpisah cabang, namun tidak terjadi pada kami. Kami masih ada di daerah yang sama, dan terus main bersama. Hingga akhirnya sekarang kami berpisah di ranting kehidupan: Hepi sudah berkeluarga dan saya belum.

Karena kenal sejak kecil, banyak yang bilang saya dan Hepi mirip dan kompak, padahal tidak sama sekali. Hubungan saya sama Hepi banyak berantemnya, hanya saja pada tidak tau. Terutama untuk masalah perempuan sih. Masalah pelajaran juga, Hepi paling senang mengganggu saya belajar. Beberapa kali kertas ujian saya yang mendapat nilai 100 disobek olehnya. Dalam permainan sepakbola atau basket, kami tidak pernah satu tim. Selalu musuhan. Hepi paling tidak suka dengan mulut besar saya saat bertanding, dan saya paling senang memancing emosi musuh.  Tapi ya memang yang paling sering membuat kami cekcok pastinya tentang perempuan. Urusan asmara.

Begini, Hepi adalah lelaki Jawa beragama Katolik dengan tinggi kurang lebih 175cm dan kulit sawo matang, sedangkan saya adalah lelaki Jawa beragama Katolik dengan tinggi 183cm dan kulit sawo busuk agak matang. Selain itu, kami sama-sama berlatar belakang pendidikan S1 dan sudah bekerja. Jadi bila di luar sana ada Mbak-Mbak yang sedang mencari Mas-Mas Jawa Katolik dan sudah berpenghasilan, ya tentu saja saya dan Hepi akan menjadi salah satunya. Intinya saya dan Hepi itu apple to apple. Yang menjadi pembeda kemudian adalah soal IPK, pekerjaan, gaji, tampilan fisik, dan kemampuan bercakap-bercakap.

Akan tetapi, untungnya, untuk kriteria kekasih, kami punya selera yang berbeda. Salah satunya soal fisik. Yang Hepi bilang cantik, saya bilang biasa saja. Yang saya bilang cantik, bagi Hepi tidak sama sekali. Setidaknya hal ini tidak memperuncing persaingan di antara kami. Tapi yaa namanya juga bersahabat, di mana-mana pasti begitu kan? Hahahihihi lalu bertengkar gara-gara hal sepele atau pun serius, kemudian lanjut hahahihi lagi.

Dan akhirnya tibalah saat yang dinanti-nanti, Sabtu kemarin sahabat sekaligus rival saya itu menikah. Perasaan bercampur aduk luar biasa. Saya beberapa kali memeluk Hepi dan berkata dalam hati, “selamat ya”, “anjir sekarang gue main sama siapa nih”, “Akhirnya hilang satu kompetitor asmara gue”.

Saya mengucapkan selamat ke Hepi karena saya sedikit banyak tau bagaimana perjuangan dia sampai dengan titik ini. Keras banget, Cuy! Edannnnn. Banyak lelaki di luar sana punya kendala finansial atau restu calon mertua, nah si Hepi ini malah sudah menemui kendala jauh sebelum itu. Dia susah banget dapet pacar. Bhahahaha. Pernah ada perempuan yang langsung ilfil setelah first date, ada yang baru teleponan dua kali trus ga mau angkat telepon lagi, ada juga yang udah mau jadian, eh gak lama kemudian putus. Nah kalau udah putus nih ya, Hepi bakal datang ke rumah saya setiap hari, trus nangis kejer, tapi gak lama kemudian udah punya pacar baru lagi, eh gak lama kemudian putus lagi. Gitu terus ra uwis-uwis. Saya sampai hafal siklusnya. Giliran ada tiga empat perempuan yang ngejar-ngejar dia, eh Hepinya yang gak mau. Halah, riweuh deh.

Bagi beberapa orang, termasuk saya sih, kisah cinta Hepi mengundang gelak tawa. Kocak untuk diceritakan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, andai yang dialami Hepi itu dialami oleh orang lain, orang itu rasanya akan ambruk. Hepi adalah Hepi, dan cuma ada satu Hepi di dunia, orang yang bisa selalu cengengesan di segala kondisi. Tetap tegar meski hatinya remuk redam. Di depan orang-orang dia selalu (berusaha) tampak riang.

Selain mengucapkan selamat, pernikahan Hepi juga membuat saya memaki. Saya kesal karena mesti kehilangan teman yang bisa diajak berpergian random. Memang sih sejak kami dewasa, kami tidak sering-sering amat pergi berdua. Kalau saya sedang punya pacar, ya saya banyakan pergi sama pacar saya. Begitu juga dengan Hepi. Tapi tetap saja, sekarang saya sudah tidak bisa seenaknya ngajak main dia.

Tapi yang paling menyenangkan dari pernikahan Hepi ini adalah hilangnya satu pesaing berat dalam memperebutkan mbak-mbak yang mencari jodoh Lelaki Jawa Katolik.

___

Hepi pernah menjalin kekasih dengan perempuan Batak, pernah dengan mantannya teman, pernah dengan ini itu ini itu, sampai akhirnya saya sendiri tidak tahu kekasih macam apa yang dia inginkan. Jangankan saya, Hepi pun sering kebingungan menjawab bila ditanya mencari kekasih yang bagaimana.

“Men, kenalin, ini Dita, yang gue certain di group (WA)”

Segala pertanyaan akhirnya terjawab sudah ketika kami berjumpa di resepsi pernikahan salah seorang teman gereja. Hepi memperkenalkan Dita. Saat itu saya tidak begitu banyak ngobrol sama Dita, dan hanya mengamati beberapa kali cara Dita menggandeng Hepi serta berbicara dengan teman-temannya Hepi, tapi itu sudah lebih dari cukup bagi saya untuk memberitahu Iwan, sahabat kami yang lain.

“Wan, Hepi akhirnya dapet jodohnya nih.”

Kalau tidak percaya, tanya saja Iwan. Saya langsung chat gitu. Iwan sendiri juga penasaran pacar barunya Hepi seperti apa, sudah dari hari sebelumnya Iwan minta saya menceritakan pacarnya Hepi seperti apa bila sudah bertemu nanti. Dan ternyata hal yang sama juga dilontarkan Iwan ketika pertama kali bertemu Dita di Mall Grand Metropolitan, saat kami makan malam bersama.

Andai saja saya mengenal Dita lebih dahulu daripada Hepi, saya pun pasti akan mengejarnya mati-matian. Perempuan Jawa, Katolik, cantik, pintar, asyik diajak ngobrol, supel, suaranya merdu, dan yang paling penting lagi punya selera berpakaian yang sangat baik.

Sekarang Hepi sudah menempuh ranting yang berbeda. Di tengah-tengah perasaan berbahagia atas pilihannya itu, izinkan saya menyampaikan maaf karena datang super terlambat pas malam midodareni, dan juga mohon maaf sekali karena pas jadi lektor suaranya gak kedengeran sama sekali. Bhahahhaha. Sampe guling-guling sendiri saya kalau nginget-nginget. Fakk.

Seperti biasanya, saya hanya bisa memberi tulisan pendek tidak berguna. Namun percayalah, tulisan akan selalu abadi ketimbang magic tisu atau lingerie yang Hepi minta ke saya, bahkan sampai di malam terakhir sebelum pernikahan.

Dita dan Hepi, selamat menikah ya. Beranak cuculah sebanyak bintang di langit dan burung-burung di udara. Selalu bahagia dan jangan lupa berdoa. Tulisan ndak jelas ini adalah bentuk rasa haru dan bahagia saya untuk kalian berdua.

Berikut saya rekomendasikan lima lagu untuk menemani bulan madu kalian

5.  Danger Danger – Naughty Naughty

https://www.youtube.com/watch?v=tcpSAk215K4

Come a little closer
Baby it’s alright
Maybe we can start
A little fire tonight
Pull the shades, lock the door
Don’t waste my time girl,
You’d better be sure

Let’s get naughty naughty
Dirty dirty
Naughty naughty
Oh, I like it that way
Cause you know what I want
And 

4. You’re the First, the Last, My Everything –  Barry White

https://www.youtube.com/watch?v=BtwOeoeWhoo

I know there’s only, only one like you
There’s no way they could have made two
Girl, you’re all I’m living for
Your love I’ll keep for evermore
You’re the first, you’re the last, my everything

3. Your Body’s A Wonderland – John Mayer

https://www.youtube.com/watch?v=N5EnGwXV_Pg&list=RDN5EnGwXV_Pg

And if you want love
We’ll make it
Swim in a deep sea
Of blankets
Take all your big plans
And break ’em
This is bound to be a while
Your body is a wonderland
Your body is a wonder (I’ll use my hands)
Your body Is a wonderland

2. Our First Time – Bruno Mars

https://youtu.be/AtN6StBjltg

Clothes are not required, for what we got planned
Ooo girl you’re my desire, your wish is my command
Treat you like a princess, oooh girl you’re so delicious
Like ice cream on a sunny day, gonna eat you before you melt away (babe)

1. The Honeymoon Song – The Beatles

https://www.youtube.com/watch?v=tcpSAk215K4

I never knew that a day like today lay before us
I’ve got the sun in my heart and my heart’s in the sun
Skies are as bright as your eyes
The horizon is open
Love is the ceiling
Feelings are reeling
Free as the air

Forever on and forever
Forever on side by side
Who ever knew that we two could be free as we’d fancy?
Fancy is free
But are we who are bound to each other by love?
To each other by love

Who ever knew that we two could be free as we’d fancy?
Fancy is free
But are we who are bound to each other by love?
To each other by love
To each other by love
To each other by love

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 275 diantaranya adalah kunjungan hari ini.