Selalu Saja Ada Hal Baik Setiap Hari
Saat teman-teman sebaya yang dulu saya kenal baik mendadak berubah menjadi pegiat politik level sotoy dan tolol, saat saudara-saudara kita atau bahkan kakak, adik, suami, atau istri tiba-tiba tampak menyeramkan dengan teriakan-teriakan kafirnya, saat hari-hari terasa menyeramkan oleh kejaran cicilan yang tak kunjung lunas, hari ini saya mendapat satu kabar baik, yaitu kiriman minuman dari Mba Ajeng.
Mba Ajeng adalah salah satu senior di tempat saya bekerja saya dulu, lebih tepatnya salah satu senior yang paling akrab dan keakrabannya tetap terjaga sampai detik ini. Kami lumayan rutin bertegur sapa dan berbalas komen di sosial media, dan saling menghubungi WA manakala Mba Ajeng merayakan Idul Fitri dan saya sedang Natalan.
Pagi ini sebetulnya saya sudah sempat curiga, kok tiba-tiba Mba Ajeng menanyakan alamat rumah, ada apa gerangan. Eh tak sampai satu jam berselang, empat botol berisi air dingin berwarna hijau dan coklat tiba di rumah.
“Ini apa, Mba?” tanya saya melalui telepon.
“Udah kamu coba aja dulu, terus kasih tau aku rasanya gimana.”
Dalam berbisnis, menurut Jonah Berger dibukunya yang berjudul Contagious, terdapat 6 cara yang dapat dilakukan agar produk kita menyebar. Menyebar dalam artian makin banyak yang mengenal, atau bahasa kekiniannya viral.
Enam cara tersebut yaitu:
1) Kita harus tahu apa keistimewaan produk kita dan membuat orang lain merasa menjadi istimewa setelah menggunakan produk tersebut. Paham tidak maksudnya? Prinsip dasarnya, setiap manusia lebih senang terlihat pintar ketimbang bodoh, lebih senang dianggap hebat ketimbang payah, lebih senang dianggap kaya daripada miskin, lebih senang dianggap gaul daripada kuper, dan seterusnya.
Nah, tugas kita sebagai pedagang adalah mendorong perasaan-perasaan itu agar muncul dalam diri konsumen melalui produk kita.
2) Kita harus mampu memicu orang lain untuk terus membicarakan produk kita. Saya kira, Mba Ajeng sedang menjalankan prinsip yang kedua ini dengan mengirimkan minuman tersebut ke rumah saya.
3) Memanfaatkan sisi emosional calon pembeli. Sayangnya, dalam membangkitan sisi emosional pembeli, para pedagang seringkali malah mengangkat hal lain yang tidak terkait langsung dengan produknya. Bahkan tidak menyinggung sama sekali keunggulan atau fungsi produknya.
Contohnya sering kali kita lihat di kontes adu bernyanyi, yang kerap menyuguhkan cerita latar belakang keluarga si kontestan ketimbang kualitas suaranya, mengangkat kisah sedih dalam diri kontestan, ketimbang teknik dia bernyanyi, yang semata-mata agar kita merasa emosional kemudian ingin membagikan kisah tersebut ke orang lain.
Masih ada 3 cara lagi yang dapat teman-teman ketahui dengan membaca langsung buku Contagious, atau dengan menghubungi saya langsung. Nanti saya ceritakan.
Tapi ada syaratnya, cek akun nstagram @madame_edamame_ID, trus dibeli deh.
Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 176 diantaranya adalah kunjungan hari ini.