Relevansi Cinta
Penulis: Martha Tiana Hermawan.
“Absurditas, estetika, peradaban”
< Refeleksi untuk istri tercinta >
Cinta, kadang merupakan sebuah hal yang tabu untuk dibicarakan, Tetapi setelah menemukan kalimat – kalimat dalam manuskrip tersebut, saya semakin yakin bahwa cinta itu adalah tujuan sekaligus wahana bagi umat manusia. “Tingkat tertinggi dari cinta adalah revolusi” (Che Guevara) adalah sebuah quote yang menjadi pemikiran saya bahwa cinta merupakan sebuah hal yang dapat diulas dari aspek filsafat, aspek antologis, epistemologis serta aspek aksiologis. Kadang jijik melihat cinta diimplementasikan oleh sinema elektronik (sinetron), saya beranggapan bahwa cinta itu hal terbesar di dunia, asas dan fundamental dari kedamaian pasti lebih besar dan bermakna dari lagu-lagu konyol dan roman Hollywood. Pram (Pramoedya Ananta Toer), pernah mengatakan bahwa “cinta adalah hal terindah yang didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini”. Banyak definitif dan kisah – kisah dari para tokoh revolusioner yang meng-implementasikan sebuah cinta, dimana cinta adalah asas fundamental yang meracuni pemikiran dan tindakan manusia yang memanusikaan manusia, sehingga cinta adalah dasar dari perdamaian, namun cinta bukan hanya sebuah asas perdamaian juga, banyak masalah dalam korelasi antara cinta dengan politik,budaya dan ekonomi, seperti “Sexlove” yang menggantikan pernikahan (Filsafat cinta Frederick Engels) yang berkontradiksi dengan kaum teolog, yang mengharuskan pengikatan cinta melalui pernikahan. Masyarakat kapitalis sekarang adalah masyarakat yang membuat pernikahan suatu hal yang sukar, seringkali suatu hal yang tak mungkin. Pencarian nafkah – struggle for life– didalam masyarakat sekarang adalah begitu berat sehingga pemuda yang kekurangan nafkah tak berani menikah dan beranggapan bahwa pernikahan adalah privilege – nya pemuda pemuda yang mempunyai kemampuan rezeki saja.
Demokian prolog dari hal yang bernama cinta…
Teruntuk istri tercinta…
Aku bukan apa-apa
Aku bukan siapa-siapa
Aku mencintaimu karena aku tidak pernah tau cara lain
Aku mencintaimu karena aku tidak pernah mengenal cara lain
Aku mencintaimu karena aku hanya tau cara itu.
Kejadian ini sebenarnya dimulai dari sabda, ketika tuhan berfirman : Kun! (Jadilah), maka sabdanya menjadi benih yang tertuai dalam pohon pedoman kehidupan manusia dan apa-apa yang ada di semesta dengan jangka waktu yang sama sekali tidak mampu terjangkau nalar kita, meskipun kini banyak yang menduga-duga. Sungguh terlalu akbar hikayat kebesaran kerajaan tuhan, sementara manusia hanya mampu menduga-duga dengan kekerdilannya. Karena manusia pun belum sama sekali tahu dimana ujung pangkal dan titik sudut kordinat kehidupannya. Jagat raya sebenarnya bentukan dari teks sabda tuhan untuk dibaca dan difahami bagi mereka yang berjiwa bersih dan hening karena tuhan berbicara dengan ciptaanya yang maha besar.
Apa daya sebagai insani yang lemah syahwat & mencoba me-muhasabah sebagai peningkatan kredibilitas keimanan, tanpa bahasan rasional & bahsan emosional terluluhlantah menerima agesti yang sangat istimewa dari produksi perasaan, yaitu CINTA. Terhenyak & mengundah mengenal sosok personifikasi yang membawa agesti dari Mu, hingga kini kami terarahkan pada proses yang engkau berkahi dalam keimanan kami yang lemah ini. Proses ini aku dapat dari nya, dari si pembawa agesti Mu, proses ini membuat ku dalam edukasi yang sesungguhnya, ternyata aku buka apa-apa dan bukan siapa-siapa, namun ingin rasanya dengan gagah memenuhi pintanya sebgaai pemimpin yang paling memimpin, pendidik yang paling terdidik & pencinta yang paling dicinta oleh nya. aku tertempa oleh ilmu yang Kau karuniai di dunia yang penuh penindasan ini, Jika tidak tahan lelahnya belajar, bersiaplah aku menanggung perihnya kebodohan.
ahh…aku tak mau bodoh sampai gagal mendapatkan cinta, itu doa ku ya rabb….
Panggung-panggung tersedia dengan begitu lebar, dengan ribuan otak dan mulut yang menganga berada di depan ku yang sedang memegang pengeras suara hati. Saat itu apa yang aku ucapkan menghasilkan anggukan kepintaran, setidaknya itu membuat mereka bangga. Tapi anggukan itu bahkan tidak berumur lebih lama dari air mani yang terkena udara, ia akan hilang ditemani oleh imaginasi dan delusi yang tidak tuntas. Tapi apa peduli ku? yang penting ludah ku tidak membau karena didengarkan, dan banyak lagi panggung-panggung yang mengantre untuk dibodohi.
Ingin rasanya menuangkan kata-kata pujian untuknya, namun ia selalu mengingtakan akan khekawatiran kami dalam menafsirkanya sebagai nafsu, sungguh peringatan penuh kasih dan kami selalu terjaga karenanya. pandangan kasat mata yang mengkomunikasikan memang mampu menganalogikan perasaan, namun perasaan berkembang ketika mendengar kisah nya dalam perjuangan hidupnya…terhentak hati yang paling dalam, sungguh istimewa atas apa yang telah ia lakukan, izinkanlah sebuah agesti ini menjadi sesuatu yang halal untuk ibadah itu bunyi salah satu dari ribuan doa ku.
jika proses ini berjalan lancar, imajinasi ku sudah keawang-awang, kalau kau mau tahu, kaki ku gemetar saat jarak kita masih puluhan kilo dan roda ku belum datang ke daerah rumah mu. Aku baru saja merangkai skenario jawaban yang apabila nanti ditanyakan, aku akan menjawab dengan utuh dan terdengar keren. Karena aku tidak mau menghancurkan Impresi pertama dari orang tuamu.
Mengapa kamu ingin melamar anak saya, Apa visi keluarga menurut kamu, Bagaimana konsep kepemimpinan yang akan kamu buat. ;
Lantas apa? Sama sekali tidak ada pertanyaan itu. Pikiran tadi, hanya keluar dari mereka yang pengecut yang tidak berani membuat semuanya berjalan seperti air. Yang ada dalam benaknya adalah kekhawatiran. Tapi itu wajar. Justru aku katakan, bahwa itu adalah adegan paling menarik dalam kisah ini. Jujur, aku merasakan apa yang tadi aku caci sendiri. Kalau kalian yang bertanya, apakah menikah harus memiliki rumah atau mobil terlebih dahulu dengan alasan klise belum mapan, maka pertanyaannya, ada dimanakah Tuhan?
Kita hidup dalam dunia limitasi, maka pintar-pintarlah mencari keberkahan. Bayangkan apabila gerak gerik kita senantiasa dihitung dan diperhitungkan. Menolong orang kita beri tarif. Membantu orang tua kita meminta bayaran. Bahkan seperti tidak ada kata cuma-cuma dalam kamus hidup kita. Semuanya harus dihargai dengan uang, uang dan uang. Seharusnya dengan keadaan kita seperti ini (yang baru saja memulai hidup dan terhitung masih muda), kita diberikan peluang untuk membantu orang lain. Itu terbukti dengan fisik kita yang masih kuat, ide kita yang masih cemerlang, dan hati kita yang cukup bersih.Maka jangan pernah terlalu memperhitungkan apa-apa yang bisa kita berikan kepada orang lain. Lepaskan saja, biar semesta dan seisisnya yang merasa. Kita percaya bahwa apa yang kita tuai nanti adalah hasil dari bibit keberkahan yang kita tanam sebelumnya.
Aku dan kamu Dianalogikan bahwa setiap hari adalah halaman di dalam buku, sementara bulan-bulan yang berganti adalah bab-bab selanjutnya. Lantas pergantian tahun seperti jilid-jilid buku kehidupan. Maka celakalah mereka yang setiap harinya berada dalam alur cerita yang datar, bahkan celakanya lagi, mereka rela mencaci halaman yang sudah ia pilih untuk dituliskan. Tugas kita adalah menerima semua halaman yang sudah kita tuliskan dan fokus kepada isi halaman berikutnya dan membuat alur cerita yang menarik hingga akhir dan selesai kehidupan.
Lebih dari beberapa hari hari kita berdua mengendarai perahu kehidupan. jelas perahu kehidupan itu adalah metode yang kita alami. Bukan karena kita baru saja hidup, tapi karena kita baru saja berani untuk masuk dalam perahu yang sama dan mempercayakan masing-masing kepada tugasnya. (Aku mempercayai mu). Mungkin tidak ada yang pantas berbangga hati, selain manusia yang berhasil memperoleh apa yang dia inginkan dan ia cari selama hidupnya. Aku patut berbangga pula akan itu. (aku terkesan pada mu). Ini bukan kalimat klise yang dituliskan dengan nafsu mengelabui seperti apa yang kau khawatirkan. Bukan juga kalimat impulsif, yang dituliskan beberapa menit setelah kita saling menyapa & berkenalan . Apalagi kalimat sombong yang memiliki niat agar terlihat baik dan memaksa orang untuk berdecak kagum. Ini lebih dari pada itu.
“Aku bangga memiliki istri seperti mu”