Puisi ‘Orasi Patah Hati’
Senang banget akhirnya nyobain baca puisi di depan umum. Naik level, selama ini cuma sok-sokan nulis puisi, dan 25 Januari kemarin bisa sok-sokan bacain puisi karya sendiri.
Jadi makin seneng lagi karena ada 2 orang di sana yang bilang langsung ke gue bahwa puisinya bagus. Hua.
Puisinya gue upload di Youtube. Klik aja di sini kalau mau lihat.
syairnya begini:
ORASI PATAH HATI
Ibukota punya gubernur yang baru, saudara-saudara
yang lama kalah dan masuk penjara
warganya tidak baru
tetap kebanjiran, tetap kesetanan
Dengan kuasa tinggi, anggaran penting dikurangi, pohon ditebangi.
Sungai dinormalisasi, dinaturalisasi, dipuisi, diorasi, basa-basi taiii kucing!
Negara… Negara…
Presidennya masih sama
setelah mengalahkan lawan yang juga sama
Gak heran rakyatnya pun masih sama
Masih kelaparan, masih ketakutan
Lemah lembut bicaranya meraykat tapi tapi rakyat takut berpendapat
Berdikari, berdisiri melarang kanan dan kiri
Ibu pertiwi, apakah kau bahagia?
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Emas intannya terkenang
Tahun telah berganti, apakah kau masih saja mencintaiku seperti pejabat dan rakyat di masa kampanye, sayang?
Aku tidak, aku tidak
Cinta kuberi cuma-cuma
tanpa jabatan, tanpa jabat tangan
Tahun lalu aku berganti suka demi mendapat restu ibumu?
Pekan depan, kalau tak ada halangan, aku juga akan resmi berganti Tuhan seperti yang papamu inginkan
“Ini tuh untuk keperluan administrasi keluarga dan agama,” jelasmu waktu itu
kau lihat hatiku ini
sedang bersusah hati
air matanya berlinang
Meminta engkau sayang
meminta
cinta yang tanpa pertukaran
yang bahagianya tak sebatas angan-angan
Sialannnnnnnnn!