Media Pelayanan dan Kak W
Bulan April yang lalu, gue diberi kesempatan untuk bergabung ke sebuah organisasi yang fokus utamanya pelayanan dengan dasar agama. Sehingga tentu saja anggota di dalamnya tidak mendapat bayaran. Sukarela.
Biasanya gue paling males banget bergabung dengan sebuah kelompok informal yang membuat gue terikat kewajiban. Dulu waktu SMA, gue bersikeras gak mau gabung ke klub basket walaupun sampai diteror oleh kakak kelas yang megang klub basket itu. Padahal dulu gue SMA di asrama yang notabene senioritasnya mengerikan, adik kelas pasti takut sama kakak kelas, tapi toh gue nekat menolak gabung klub basket. Gue ga suka terikat.
Lalu tahun 2010, gue bekerja di sebuah perusahaan Malaysia, kantornya di Kelapa g+Gading, sebagai penulis review rumah makan di Indonesia. Gue di sana cuma kerja 2 bulan terus kabur begitu saja. Padahal itu cita-cita gue sejak SMA: menjadi penulis. Kenapa?
Karena ternyata walaupun gue sangat suka menulis, tetapi ketika menulis dijadikan kewajiban malah membuat gue benci banget nulis, dan bahkan gue juga jadi ikutan benci membaca. Gue membenci kegiatan yang sebelumnya gue cintai. Duh!
Bagi gue, hobi ya harus dilakukan dengan senang hati, tanpa harus ada tekanan, terlebih terikat kewajiban. Begitu juga pelayanan atas nama agama. Bagi gue, harusnya dilakukan sukarela tanpa perlu ada ikatan. Biarlah dilakukan dengan kesadaran hati.
Sebagai manusia, gue relatif seneng berbagi, seneng banget malah. Dari dulu, gue paling seneng bikin kegiatan baksos
Ini kegiatan baksos gue waktu jadi pengurus OMK Paroki
https://www.youtube.com/watch?v=2E4njj4Y4eg&t=125s
Ini kegiatan Nella Fantasia
https://youtu.be/_UnN6zzjvcA
Gue merasa bahwa gue gak butuh-butuh banget bergabung dalam sebuah organisasi, bila tujuannya hanya semata-mata untuk bisa memberikan manfaat bagi sesama. Pun dengan extrakulikuler, gue gak seneng ketika ada kewajiban harus latihan pada hari tertentu atau mempelajari teknikl tertentu. Gue lebih suka, olahraga ya olahraga aja. Bersenang-senang.
Oleh karenanya gue cenderung menolak ajakan untuk bergabung dalam sebuah organisasi sosial atau hobi, selain itu gue juga menghindari apabila nanti ujung-ujungnya gue malah menodai kegiatan atau hubungan antar anggota organisasi tersebut.
Misal, karena jenuh alhasil gue mangkir dari kewajiban gue dan membuat kegiatan jadi gak berjalan. Dalam hal ini, gue beberapa kali menolak ajakan untuk ikut pelayanan di gereja karena khawatir malah menodai karya pelayanan. Takut mangkir di tengah jalan.
Namun untuk kesempatan kali ini gue mau mau aja. Gue terima. Gue udah diajak berkali-kali dari dulu, tapi entah kenapa kok yang sekarang gue iyain.
Mungkin karena gue merasa kali saat yang tepat untuk gue bisa kasih manfaat.
Manfaaatnya seperti apa?
Misal, sebelumnya atas nama pribadi atau Nella Fantasia, mungkin gue bisa berbagi nasi bungkus untuk 100 orang. Nah dengan bergabung ke sebuah organisasi, harapannya gue bisa bikin acara yang membuat gue bisa berbagi 10 kali lipat lebih banyak dari pada atas nama pribadi.
Itu harapan gue.
Dan tibalah saat gue mendapat kesampatan beraksi. Aksi pertama gue adalah dengan membuat video ucapan Selamat Hari Kartini!
Kenapa gue bikin ini
1. Membuat organisasi menjadi lebih terkenal. Karena di hari sebelumnya, ketika meeting perdana, gue baru tau bahwa ternyata organisasi ini belum begitu terkenal di dunia maya. Dan diakui oleh anggotanya bahwa memang organisasi ini butuh dikenal lebih banyak kalangan. Ya udah kalau gitu, mumpun saat itu berdekatan dengan Hari Kartini, gue anggap itu sebagai momentum yang pas.
2. Gue ingin menjaring orang-orang muda yang bisa bernyanyi dan main alat musik, tersalurkan talentanya dan membuat mereka lebih dikenal. Gue pingin meningkatkan value teman-teman yang berpartisipasi. Karena di hari sebelumnya, gue baru saja mendengar survei dari Atma Jaya bahwa orang muda butuh media untuk meningkatkan value-nya.
3. Memhubungkan kegiatan anak muda dengan Tuhan dan aksi sosial, karena gue baru mendengar dari Romo Vikjen bahwa kegiatan Orang Muda harus ada kaitannya sama Tuhan dan manfaat bagi sesama. Dan kebetulan saat itu sedang ada bencana alam. Bernyanyi (talenta), untuk menghibur korban bencana alam (aksi sosial), atas nama OMK (Tuhan). Paket Komplit.
4. Gue tentu saja punya misi pribadi : Mengenal teman-teman yang lain. Gue anak baru di organisasi ini, dan gue butuh kenal orang per orang. Sementara gue gak tau kapan ada kesempatan untuk berkomunikasi intens dengan mereka, bila tidak ada kegiatan. Gue berharap dengan membuat Video Kartini ini, gue jadi lebih mengenal teman-teman yang lain.
https://www.youtube.com/watch?v=vIezahJ3SR0&t=12s
Eh ternyata langkah gue dianggap offside. Dianggap berlebihan, dan bahkan ada yang sampai sebel sama gue. Haha. Entahlah, sejujurnya di kepala gue sih gak masuk akal.
Gue gak fraud, gue gak merendahkan orang per orang, gue gak membuat kegiatan yang menghabiskan budget dan menurunkan value organisasi, dan bahkan gue gak pasang panggung untuk diri sendiri. Tapi ada beberapa orang yang menganggap gue sok iye dan berlebihan.
Dan bahkan ada salah satu anggota yang komentar pertamanya: “kok kegiatannya gak nyambung? Kartini ga ada hubungannya sama bencana alam”
Sejujurnya saat itu gue menahan diri untuk menjawab, “Mbak gak pernah denger kalimat Habis Gelap Terbitlah Terang ya? Nyambung banget kali sama suasana duka kita saat ini.”
Tapi urung gue lakukan mengingat gue masih anak baru.
Sejujurnya, gue gak siap dengan drama semacam ini, karena sejak awal bergabung, gue gak ada niatan untuk mencari teman, mencari client bisnis, atau bahkan mencari tempat untuk kongkow-kongkow.
Gue murni mau memberi manfaat yang ada dalam diri gue untuk Tuhan, dan bahkan bilamana ternyata secara karakter/chemistry personal gue dan anggota lainnya ga cocok, gue siap-siap aja. Yang penting pelayanan jalan. Gue gak merasa perlu ada kedekatan personal dengan masing-masing anggota
Tapi kalau belum apa-apa, yang tertangkap malah sentimen negatif, waduh ini sih drama banget. Gue ga siap dengan drama. Usia gue 30an. Lelah dengan yang begini ini.
Gue belum bisa memahami, kok bisa ada orang yang merasa dirinya adalah pemegang saham terbesar dan merasa punya kecakapan kinerja paling tinggi di sebuah organisasi pelayanan, sehingga merasa dirinya adalah pusat kehidupan.
Gue tadinya mengira organisasi ini sudah dewasa, baik sistem dan anggota-anggotanya. Bahwa mungkin ada 1 2 3 yang belum dewasa, itu biasa. Tapi bila yang menjadi duri dalam daging itu ternyata sosok yang dominan dan berpengalaman, wah ini mah gak baik.
Semoga semua prasangka dan sikap buruk segera hilang sehingga pelayanan bisa maksimal
Tapi sayangnya, gue gak percaya ada ular yang bisa berubah jadi merpati.
Teman-teman tahu, kan, bahwa kenapa sosok iblis digambarkan dengan ular, bukan sapi, atau anjing, atau hewan lainnya. Kenapa di kitab Kejadian, iblis yang menggoda Adam & Hawa bentuknya adalah ular?
Karena ular adalah hewan yang punya ciri khas berganti kulit, dan ular mau ganti kulit seribu kali pun, tetaplah ular. Dia tidak bisa berubah menjadi merpati.
Begitu pun Iblis tetaplah iblis. Dia tidak bisa menjadi malaikat, mau berganti kulit sebanyak apapaun. Dan dalam diri kita punya iblisnya masing-masing yang sulit diubah
Makanya banyak koruptor yang udah keluar penjara, eh korupsi lagi. Ada anak narkoba, sembuh, eh narkoba lagi. Kenapa? Karena ular dalam diri kita tidak bisa menjadi malaikat.
Apakah benar-benar tidak bisa sembuh? Ya sebetulanya bisa, dengan bantuan Bunda Maria. Makanya banya ilustrasi gambar Bunda Maria yang sedang menginjak ular, itu maksudnya kita butuh muzizat bantuan dari Bunda Maria untuk bertobat dan menghancurkan iblis dalam diri.
Dan, ya, gue ragu si Mbak W bisa berganti rupa jadi malaikat, meskipun sudah berganti kulit beribu-ribu kali. Ayo Mbak, tobat! Kamu bisa!