Kutemukan Puisi ini Berserakan di antara File-File Lainnya (Apakah Cinta Boleh Berandai-Andai)
Tak sengaja kutemukan puisi ini saat sedang mencari softcopy surat rekomendasi dari kantorku yang pertama. Sebuah puisi putus cinta yang kubuat di hari ketiga setelah kamu jadian dengan lelaki lain. Cih, pecundang sekali saya.
Apakah Cinta Boleh Berandai-Andai?
Langkah lunglai setia menemani perjalanan pulangku.
Senyum ceria lari entah kemana.
Tubuh tinggi besar ini, tak berdaya tanpa tawa manismu.
Tak aku sangkal, ini fase yang sangat berat.
Mungkin sejauh perjalanan hidup, ini yang terberat.
Aku kehilangan sebagian hidupku. Aku kehilangan kamu.
Aku banyak berdosa, aku banyak salah, aku banyak menyakitimu.
Aku sadari itu semua.
Jika boleh mengulang, akan kuulang.
Seandainya aku bisa lebih gentle menghadapi orang tuamu.
Seandainya kebatakanmu tidak meniadakan kejawaanku.
Apakah cinta boleh berandai-andai?
Apakah kita berdua mau berusaha untuk mewujukan ‘seadainya’ tersebut?
Atau kita hilangkan kedua syarat tersebut?
Apakah kamu mau bersamaku lagi menghadapi dunia?
Aku sayang kamu.
Anggara Gita 23/04/2013