Kompromi dalam Pernikahan

Penulis: Diajeng.

Hindari Perang Mulut dengan Kompromi

Kira-kira hampir 2 tahun yang lalu adalah masa-masa kegalauan saya saat hendak memutuskan untuk menikah. Saya curhat pada seorang teman yang sudah menikah 2 tahun lebih dulu. “Kenapa bisa yakin menikah dengan suami sekarang?” tanya saya ingin tahu . Teman saya lalu menjawab, “Kompromi!”

Setelah 1,3 Tahun menikah, saya semakin paham dengan kata kompromi yang diberikan teman saya tadi. Kompromi hati dan kepala, mulai dari hal-hal sepele hingga hal-hal yang besar…Hehehe.

Saya tidak menyangka hal sesepele meletakkan handuk pada tempatnya setelah mandi bisa menjadi permasalahan besar ketika tidak ada kata kompromi. Walhasil salah satu harus berkompromi. Pada akhirnya tidak ada permasalahan yang berarti ketika ada sebuah kompromi dalam suatu hubungan.

Teman saya yang lain, yang telah menjalin hubungan lebih dari 9 tahun dengan pacaranya, berbagi alasan kenapa dia menikahi suaminya. Nadia ( bukan nama sebenarnya ) kemudian menjawab, ” soalnya gw udah gak kebayang nikah sama cowok selain dia .” Dan saya ingat sebuah pepatah “ Don’t marry the person you think you can live with; marry only the individual you think you can’t live without “.

Apapun alasan yang melatar belakangi setiap keputusan untuk menikah, resapi dan jalani sungguh-sungguh. Usia pernikahan saya yang masih seumur jagung ini, belum layak untuk berpidato dan bernasihat panjang lebar. Saya yakin, lain orang — lain pula drama rumah tangganya, lain pula solusi permasalahannya.

Alhamdulillah saya bersyukur diberikan suami yang sangat baik, sabar dan penyayang. Satu hal yang saya yakini, kebahagiaan di setiap pernikahan / hubungan romatisme 2 orang adalah hasil dari usaha masing-masing pasangan. Usaha untuk berkompromi, belajar bekerjasama, hingga belajar berkasih sayang. Semua adalah proses..

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 477 diantaranya adalah kunjungan hari ini.