@KatolikG Garis (Tidak) Lucu

Saking sayangnya sama akun @KatolikG dan saking lowonganya waktu gue, sampai-sampai gue sempet aja nulis beginian. Hahaha.

Andaikata @KatolikG menggunakan nama akun (atas nama) pribadi, gak pake bawa-bawa Katolik plus Lucu, mungkin gue ga akan sereaktif ini. Mungkin. Sebel aja soalnya ngeliat kicauan-kicauan dia yang didominasi nuansa negatif, lebih-lebih pada isu agama lain, dan sedikit banget yang mengandung kelucuan.  Sepertinya malah ga ada sama sekali yang lucu.

Kok bisa beda banget antara nama dan kicauannya ya?

Gue membayangkan admin @KatolikG Garis Lucu ini adalah sosok pengecut yang gila agama dan ingin terlihat garang tapi gak berani pakai akun pribadi. Hih, payah. Jembet!

Banyak yang ahli dalam ilmu Katolik tapi gak berani membawa embel-embel Katolik. Berat banget gila bawa-bawa nama Katolik. Serem. Dan juga banyak pelawak yang ga berani menyebut dirinya pelawak saking beratnya titel tersebut. Lha @KatolikG ini hebat pangkat dua. Berani mendaku diri Katolik dan Lucu. Luar biasa.

Jadi jelas, yang jadi pangkal kejengkelan gue lebih karena namanya yang menggiring opini bahwa dia perwakilan Katolik walaupun di bio diinfokann bukan demikian. Gue jadi seperti merasakan apa yang dialami oleh teman-teman beragama Islam ketika ada sekelompk kecil yang membawa-bawa nama agama namun kegiatannya jauh dari nilai agama Islam. Merasa malu dan jengkel.

Dari kacamata gue selama ini, Katolik itu asyik banget. Romo-Romo pas khotbah di gereja, kalau enggak bikin ngantuk, ya bikin kagum, atau  banyak juga yang bikin ngekek.  Bikin umat pingin cepet-cepet akhir pekan biar bisa ke gereja lagi. Gak pernah seumur hidup ini mendengar Romo di khotbah mengutarakan kebencian dan amarah. Kalau pun ada isu kontroversial atau sensitif, apalagi yang melibatkan kelompok lain, biasanya Romo-romo menyampaikannya dengan lembut atau lawak, namun tegas!

Tapi kemudian, orang-orang awam kan gak ikut misa di gereja. Yang  mereka lihat adalah Twitter dengan akun yang menyebut dirinya Katolik plus Lucu. Ya gak @KatolikG?

Apakah kemudian celotehan @KatolikG membuat orang-orang awam menggeneralisasi bahwa Orang Katolik ya gitu itu, nyinyir, pemarah, tolol? Ya mungkin saja.

Apakah semua awam akan menggeneralisasi demikian? Ya belum tentu.

Di Injil Matius 18:9 tertulis, “Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.”

Maksudnya apa?

Gue akuin kok tidak semua sepak terjang @katolik di Twitter buruk. Kalau tidak salah, dia pernah menginisiasi pengumpulan dana untuk Almarhum Riyanto dan kalau tidak salah juga pernah pengumpulan dana untuk gereja. Pernah juga bikin lomba-lomba bernuansa positif. Dan sebagai bentuk apresiasi, gue juga menawarkan (via DM) sumbangan kado  ke @KatolikG untuk acara tsb. Tapi, sekali lagi, mencoba mengutip Matius, lebih baik kau hidup tanpa mata daripada matamu itu membuatmu berdosa. Dalam hal ini adalah ketidaksesuaian antara nama dan kicauan  + pilihan-pilihan topik yang kau komentari @KatolikG.

Mungkin aja @KatolikG gak merasa ada yang salah dengan kicauan-kicauannya negatifnya itu. Mungkin aja gue yang terlalu sensi. Tapi kalau gue liat-liat di kolom replies, gak cuma gue kok yang risih. Dan kerisihian mereka sama. Kurang lebih pingin ngomong:

Terserah deh lo mau marah-marah, mau ngelikes bokep kek, mau ngatain ini itu kek, tapi setidaknya jangan bikin kami-kami yang Katolik ini malu oleh karena prilakumu yang enggak Katolik + lucu. Gunakan akun pribadimu aja untuk hal-hal yang mencoreng citra Katolik Lucu. 

Sumpah deh, @KatolikG lo tuh gak bisa ngelucu sama sekali. Gak lucu blas. Tapi okelah, gapapa silakan lo melucu walaupun membuat orang Katolik dianggap jayus, setidaknya jangan ngomel-ngomel sampah. Segala isu receh aja dikomenin, macam hidup lo gelap banget.

Ini sekarang puncaknya, ada gereja bermasalah, dan ini pasti jadi makananya @KatolikG banget. Langsung berasa terpanggil sebagai pejuang laskar Kristus yang mesti bertindak dengan jari-jari yang sudah dicipratin air suci.

Ya ampun, ini tuh problem dari zaman dulu. Semua orang Katolik tergerak, pasti. Tapi nama lo itu Katolik Garis Lucu. Ga cocok. Gue tau kok orang lucu boleh marah. Tapi marahnya  lucu. Lha lo itu ngelucu aja ga lucu, apalagi marah, brooo. Syampisss. Sumpah deh. Gue sampai bingung gimana cara ngasih taunya ini,

Gini deh, itu di Group DM Twitter lo aja ada beberapa orang komen/twit isinya bigot, dan lo ga (berani) negur. Entah gak berani atau gak merasa. Yang di circle sendiri aja lo mingkem, ini malah belagak ngurusin orang di luar circle lo? Halahhh tailah.

Ketika ngeliat isi DM group @katolik, yang diberi nama “Menggarami Twitterlan” (HAHAHA HALU) , gue jadi berkesimpulan bahwa Katolik di Indonesia terlihat adem ayem karena kami minoritas. Jadinya yang bigot-bigotnya gak berasa. Gak keliatan. Coba kami mayoritas di Indo, ya bakal ngehek juga.

Walau cuma 2-3 akun yang bigot, tapi yang lain di group itu pada diemin. Bahkan ada member yang pastor pun ya diem aja. Trus yang macam gini ini yang bakal ngomel-ngomel ke Jokowi. Busettttttt jauhh benerrr. Yang deket aja mingkem. Kebalik brooo.  Urus yang kecil-kecil dulu lah.

Oh ya, ngomong-ngomong gereja bermasalah: Gereja gue dulu juga bermasalah. Sampai-sampai tahun 2014 yang lalu gue bikin tulisan ini. Tolong dibaca.

Klik aja di sini : Memilih Calon Presiden yang Dapat Membantu Gerejaku Berdiri

Akhirnya Gereja gue sekarang udah kebangun. Megah banget malah. Apakah kebangunnya gara-gara Jokowi? Ya belum tentu.

Apa pun itu, pembangunan gereja secara umum di Indonesia masih bermasalah. Tapi ya gak perlu pakai marah-marah di timeline. Malah menyebar aura negatif ke orang-orang yang ga tau apa-apa, dan itu sama sekali bukan Katolik yang lucu. Beneran deh, celotehan lo  sama sekali gak membantu dalam hal ini. Kalau mau yang nyata, lo harus terjun langsung ke sana.

Atau setidaknya lo bisa bantu dengan menebar hal-hal lucu di timeline, biar orang-orang awam melihat Katolik itu lucu, sehingga mereka ingin juga  kita punya tempat ibadah, karena kita orang Katolik adalah tetangga yang menyenangkan. Nah yang lo lakukan itu jauh dari kata membuat orang simpatik.

Kita juga gak pernah tau betul, bagaimana sikap keseharian Umat Paroki di sana. Kalau mereka di sana baik, berbagi kasih, harusnya sih lingkungan sekitar welcome. Harusnya ya. Akan tetapi, mau itu gereja dibuat dari zaman Nabi Nuh pun, bukan berarti logikanya menjadi: selama ini ga bermasalah kok, kenapa sekarang dipermasalahin?|

Logika khas orang goblok itu.

Ya kan bisa saja selama ini gereja di sana terlalu tertutup, sehingga membuat warga sekitar memendam prasangka dan puncaknya sekarang. Bisa aja itu gereja banyak umat umat bigot kaya group lo yang membuat warga sekitar gundah.

Ada yang beginian kalian pikirkan? Ya enggak. Katolik garis sampah mana kepikiran.

Salah satu cara termudah untuk membantu agar pembangunan gereja tidak mendapat kendala adalah dengan  memberi tahu teman-teman yang Katolik agar tidak menjadi seorang bigot, pemarah, dll. Bagaimana warga sekitar setuju dibangun Gereja kalau isinya orang-orang seperti itu?

Jadilah Orang Katolik yang menyenangkan agar umat agama lain senang bertetangga dengan kita.

Oh ya Sebagai penutup, gue punya video baca puisi tentang hidup. Kalau ada waktu bisa disimak. Klik aja di sini 

Deo Gratias!

 *Tanggapan atas komentar teman-teman di Twitter, saya tanggapi di tulisan berikutnya. Klik aja di sini
Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 932 diantaranya adalah kunjungan hari ini.