Kado
Kemarin pagi, 22 Mei 2018 pukul 8:42, Hepi ngechat. Jarang-jarang dia ngechat sepagi itu.
Jadi ceritanya, kalau gak salah sekitar delapan bulan yang lalu, Hepi ngenalin gue ke seorang perempuan yang juga merupakan sahabatnya Dita, Istrinya Hepi. Nah, sejak pertemuan itu gue gak pernah hubungin si perempuan ini sama sekali, karena memang gue sedang ga berminat cinta-cintaan, dan lagi pula kalau diliat dari gelagat-gelagatnya ketika kami bertemu, si perempuan yang dikenalin ke gue ini kayak gak tertarik sama gue. Mungkin gue bukan tipe dia. Hahaha. Entah dari sisi fisik atau obrolan. Tapi sepertinya lebih ke fisik, karena waktu itu kami belum ngobrol banyak. Ya iyalah, gue akuin kok, gue emang bukan laki-laki yang menjadikan penampilan fisik sebagai jualan utama. Andai saja kami punya waktu lebih banyak untuk ngobrol, mungkin ceritanya akan beda. Mungkin.
Kemarin si perempuan ini ulang tahun, dan si Hepi menyarankan gue untuk ngasih kado. Tentu pikiran awal gue berkata tidak. Ya mau gimana, masa ketemu cuma sekali, itu juga rame-rame, dan ga pernah kontek-kontekan lagi, trus tau-tau ngasih kado. Pasti horor rasanya nerima kado dari orang asing.
Tapi akhirnya gue ngasih kado. Kemarin gue langsung cuss ke Mega Mall Bekasi dan Metropolitan Mall untuk nyari toples, coklat Caca, buku, tongkat kasti, dan tas untuk bungkus kado. Coklat Caca gue masukin ke toples yang udah gue tempelin kertas selamat ulang tahun di sisi depan, lalu di atas toplesnya ada pita dan terselip gulungan surat ucapan selamat sekaligus ngasih tau bahwa kado utamanya adalah si tongkat kasti. Gue bilang di surat itu, bahwa zaman sekarang selain akal, hati, dan kuota internet, satu hal penting yang gak boleh kita lupain adalah kewaspadaan. Tongkat kasti itu gue kasih ke dia buat jaga-jaga kalau ada orang jahat.
Gue pikir suatu saat dia ga akan lagi butuh tongkat kasti itu untuk menjaga diri, karena pacarnya yang akan menjaga dia.
Ya semoga aja gue yang jadi pacarnya