Es Buah – Pondok Cikunir

teteh

Pertama kali saya minum es buah adalah saat duduk di bangku SMP. Harganya satu mangkuk es buah sama dengan setengah jam nge-game Counter Strike di warnet sekitaran Galaxy. Seribu lima ratus rupiah.

Alm. Sigit Pamungkas yang mengajak saya kala itu. Es buah di depan Masjid di kompleks tempat kami tinggal. Selain alm. Sahabat kami yang lain, Reinhard, turut serta. Kami kemana-mana selalu bertiga. Sejak saat itu, dengan atau tanpa alm. Sigit, saya berulang kali mampir membeli es buah di situ. Dalam seminggu setidaknya saya membeli satu sampai dua kali.

Ingatan saya tentang es buah terhenti mulai SMA. Tiga tahun di asrama, membuat saya kehilangan kesempatan dan keinginan mengecap manisnya kuah manis es buah. Sekolah berasrama tempat saya menimba ilmu, terletak di Bedono, Ambarawa, yang mana merupakan dataran tinggi. Tak akan ada ceritanya menemukan penjual es buah di sana.

Kemudian baru tahun 2006 lah kisah antara saya dan es buah kembali dimulai. Masih di kompleks tempat saya tinggal, masih mangkal di pinggiran kali yang membelah Pondok Cikunir Indah, namun dengan penjual dan harga yang berbeda.

Sebenarnya tidak hanya es buah – Pondok Cikunir, saya juga kerap mencoba es buah di tempat-tempat lain. Ada yang menggunakan kolang-kaling, nata de coco, rumput laut, sampai akhirnya saya bertemu dengan yang namanya sop buah. Yang membedakan sop buah dengan es buah, menurut saya, adalah buah yang digunakan. Sop buah lebih berani mencapur berbagai macam buah. Apel, anggur, dan, buah-buah lain yang menghasilkan rasa asam. Buah-buah pada es buah adalah buah yang menghasilkan rasa manis.

Sampai sekarang yang jadi favorit saya adalah es buah depan kompleks. Es buah – Pondok Cikunir. Masih berjualan dengan gerobak, Mbak yang menjual masih sama ramahnya dengan bertahun-tahun yang lalu, dan porsinya masih cukup besar bagi saya. Harganya pun Rp8000 saja. Relatif murah. Dulu setiap mantan saya main ke rumah, pasti saya belikan ini. Dia suka yang tidak terlalu banyak menggunakan es.

Ngomong-ngomong tentang es, dalam satu plastik es buah, es batu mengambil tempat 50% sendiri. Iya, setengah bungkus es buah terdiri dari es batu. Mau gimana lagi, dengan harga segitu kamu tidak bisa mengharapkan yang terlalu macam-macam. Lagipula memang es buah lebih asyik disantap dingin-dingin. Kebanyakan pembeli es buah – Pondok Cikunir, memesan untuk dibawa pulang, ketimbang diminum di tempat. Es batu dalam jumlah banyak juga bagian dari menyiasati agar es buah tetap dingin dan dapat langsung disantap setibanya di rumah.

Hari ini, jam 2 siang, saya hendak membeli es buah, tapi rupanya masih tutup. Saya lupa bahwa ini bulan puasa. Biasanya es buah – Pondok Cikunir sudah tutup pukul 3 sore. Sudah habis. Tapi berhubung ini bulan puasa, gerobak baru dibuka pukul 3 sore.

Dan ketika saya kembali lagi pukul 3 sore, dan ternyata sudah ramai. Si Mbak penjual sudah sibuk meracik es buah pesanan, dengan seorang pria yang membantu memasukan es batu ke dalam plastik sekaligus memecah bongkahan es batu jika persediaan sudah habis.

Di gerobak, sudah tertata rapi plastik-plastik berisi es batu yang siap diisi buah-buahan oleh si Mbak. Urutannya begini: Es batu setengah plastik, kemudian 3 sendok kombinasi blewah dan melon, 2 sendok agar-agar yang dipotong persegi, 2 sendok biji delima, 2 sendok alpukat, kemudian diguyur 2 sendok gula cair dan air kelapa (ada kelapanya tentu saja), dan diakhiri susu kental manis.

Sesampainya di rumah, saya pasti menambahkan lagi beberapa butir es batu dan susu kental manis. Bagi saya, es buah itu harus dingin dan manis.

Bagi yang tinggal di sekitaran Jatibening, saya sarankan untuk mencobanya. Pas sekali untuk berbuka puasa.

mangkuk

 

 

 

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 2 kali, 737 diantaranya adalah kunjungan hari ini.