Dua Puluh Tujuh

image_57_halte

Koreksi saya secepatnya jika ini salah. Kurt Cobain, Janis Joplin, Jimi Hendrix, Brian Jones, dan Jim Morrison meninggal di usia 27 tahun. Susi Susanti, legenda bulutangkis kita, gantung raket di usia 26 tahun, sedangkan Taufik Hidayat mengundurkan diri dari Pelatnas pada usia 27 tahun, dan Hendrawan baru merasakan manisnya gelar juara dunia pada usia 29 tahun. Zinedine Zidane pertama kali dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia pada tahun 1998, saat usianya 26 tahun. Lima tahun berselang, ia kembali meraih penghargaan tersebut. Adriano Leita Ribeiro, pemain sepak bola asal Brazil, yang sempat digadang-gadang akan menjadi salah satu penyerang terbaik dunia, kariernya malah meredup ketika menginjak usia 25 tahun. Sedangkan Paolo Maldini, masih menjadi andalan lini pertahanan Milan hingga ia pensiun (41 tahun). 32 pertandingan ia lakoni di tahun terakhirnya bersama AC Milan, dimana pada tahun yang sama, Adriano baru berusia 27 tahun, namun hanya merumput sebanyak 25 kali bersama Inter Milan.

Dan, ya, hari ini saya berusia 27 tahun. Walau konon, katanya, adalah usia keramat, tapi saya tetap menyambut umur 27 dengan biasa-biasa saja. Entah kenapa saya tidak begitu menyukai perayaan-perayaan untuk diri sendiri. Dulu saya sempat kesal ke mantan saya yang tiba-tiba datang ke rumah untuk memberi kejutan ulang tahun. Tidak main-main, tengah malam ia mengetuk pintu kamar saya, dan ketika saya buka, berjejer tepat di depan kamar, orang-orang yang saya cintai. Makanan dan minuman juga sudah teraji di meja makan. Bagi beberapa orang, hal seperti ini sangatlah manis. Tapi bagi saya malah agak risih. Entahlah.

Tidak hanya perayaan ulang tahun. Wisuda, tahun baru, monthiversary, anniversary, gaji pertama, dan masih banyak lagi selebrasi-selesbrasi diri yang tidak membuat saya nyaman. Tapi lain cerita jika perayaan ini dilangsungkan untuk orang lain. Anda bisa tanya sendiri ke orang-orang yang dekat dengan saya, bagaimana cara saya merayakan hari istimewa orang lain.

Well, saya belum mati dan belum mau mati di usia 27, seperti beberapa tokoh yang saya sebutkan namanya di paragraf awal. Saya juga belum ssukses, dan tentu saja tak ada tanda-tanda meredup. Tidak dan jangan. 27 tahun hidup saya masih biasa-biasa saja. Namun, ada beberapa hal menarik yang saya lakukan menjelang usia 27: saya berdagang balon, dan mulai membuat blog. Bagi banyak orang, hal ini pasti biasa-biasa saja. Tapi bagi saya, tidak. Ini semua adalah langkah awal saya untuk mewujudkan Nella Fantasia. Tidak lama lagi, saya akan segera berdagang kaos, yang saya beri nama Kedai Kata. Kini, saya juga mulai rajin mengirim tulisan ke beberapa situsweb, walau hanya sedikit sekali yang lolos kurasi. Apabila tulisan saya tayang, pengelola situsweb tersebut memberi honor. Jumlah honornya tidak seberapa, dan memang tidak menjadi tujuan utama. Rasa puas, caper, menambah teman, dan kesempatan belajarlah yang saya dapatkan dari sana. Saya perlu itu.

Oh ya, tahukah Anda, bagi saya, ada dua hal yang wajib dimiliki seseorang untuk dapat menggapai impian. Pertama adalah keyakinan. Dengan merasa yakin, Anda sudah setengah jalan untuk sampai pada tujuan. Lalu yang kedua adalah tidak menyerah. Menyerah adalah jalan pintas menuju gagal. Rajin atau malas, pintar atau bodoh, cekatan atau lelet, adalah soal waktu yang akan Anda tempuh untuk mencapai impian tersebut. Namun, menyerah tak akan membawamu ke mana-mana.

Ada banyak hal yang tak bisa saya hindari dan pungkiri prihal usia 27. Salah satunya dalam hal asmara. Saya mulai risih, sekali lagi saya pertegas, saya mulai risih ketika ada orang yang khawatir tentang kisah asmara saya. Tapi saya tak mungkin menghindari hal ini. Beberapa teman saya sudah menikah, bahkan punya anak. Beberapa lainnya sedang merencanakan pernikahan. Sedangkan saya? Pacar saja tidak punya. Orang yang paling khawatir tentang keadaan ini adalah ibu. Dalam beberapa kesempatan, ibu mulai menanyakan status percintaan saya. Saya memang tertutup tentang hal-hal seperti ini. Saya tidak pernah bercerita kepada ibu, ketika saya sedang jatuh cinta atau patah hati. Ibu juga sebetulnya tidak kepo-kepo amat tentang kisah percintaan saya. Tapi, masalah, ibu-ibu tentangga sudah pada menggendong cucu. Damn!

Saya tidak masalah dan sangat tidak apa-apa ketika ada teman yang mengejek saya jomblo. Ya, memang jomblo. Tapi lain ceritanya ketika ada seorang teman yang bertanya ke teman lainnya, apakah ada wanita yang bisa dikenalin ke Angga. Di situ saya mulai merasa tidak nyaman. Risih. Rasanya pingin sekali menyambar,”jangan kasihani gue. Gue ga suka dikasihani.”

Saat ini saya memang sengaja memutuskan untuk tidak dekat dengan siapa-siapa. Saya sedang lelah. Ini tidak klise. Saya benar-benar lelah. Selama ini saya tak pernah benar-benar “kosong”. Selalu ada-ada saja wanita yang dekat, juga akrab dengan saya. Saya pernah merasakan rasanya mencintai dan dicintai, lantas gagal. Pernah juga dicintai, tapi saya tidak suka. Begitu juga sebaliknya, pernah terjadi cinta saya bertepuk sebelah tangan. Hal-hal wajar yang biasa terjadi pada siapapun. Namun untuk saat ini, saya rasa, saya butuh rehat. Saya ingin fokus mengejar hal-hal yang saya inginkan, di luar percintaan.

Terlalu banyak malam minggu yang saya habiskan untuk kencan. Terlalu banyak malam sebelum tidur yang saya gunakan untuk teleponan. Dan terlalu banyak uang yang saya habiskan untuk mengejar perempuan. Saya ingin menggunakan waktu dan uang tersebut untuk hal lain, yang selama ini sulit saya lakukan. Saya ingin lebih banyak menulis, banyak membaca, mempromosikan dagangan saya, mengembangkan ide-ide saya, dan tentu saja saya ingin lebih banyak bermimpi. Kesemuanya itu membutuhkan waktu dan uang.

Lagipula, saya yakin, cepat atau lambat, saya pasti mendapatkan wanita yang saya inginkan. Kalau cuma sekedar ingin pacaran, cuma ingin dapat teman kencan, atau sekedar tempat untuk bercerita dan pamer-pamer status di media sosial, saya dapat melakukannya detik ini juga. Terdengar sombong, tapi memang begitu kenyataannya.

Selain asmara, karier juga menjadi isu serius di usia 27. Saya harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion saya. Yang sekarang, tentu haruslah disyukuri. Biar gimanapun juga, pekerjaan yang sekarang telah menyelamatkan saya dari hantu cicilan dan godaan malam minggu. Tapi ke depannya, saya ingin pekerjaan yang membuat saya bergairah tanpa mengurangi pundi-pundi.

Kesehatan menempati urutan ketiga, setelah asmara dan karier, sebagai hal yang patut menjadi perhatian di usia 27. Dalam enam bulan terakhir, saya berhasil mengurangi berat badan hingga 5Kg. Walau sebetulnya lebih banyak dipengaruhi faktor sakit hati, kemudian menjadi malas makan, tapi di sisi lain saya juga telah berusaha keras untuk tidak jajan gorengan sepulang kerja, dan mengurangi porsi makan malam. Di akhir pekan, kalau tidak malas dan hujan, saya juga menyempatkan diri untuk jogging.

27 tahun. Saya bahagia. Hidup terasa menyenangkan. Saya semakin mencintai hidup, dan pemberi kehidupan. Akan ada banyak hal menarik dan tak terduga di depan sana. Saya harus lebih waspada dalam menyikapi setiap persimpang-persimpangan. Tetap fokus walau jalan yang ditempuh sedang tampak lurus. Dan tahu betul kapan harus menginjak rem, menyalakan lampu sein, atau menginjak pedal gas dalam-dalam, serta sesekali menoleh ke arah kaca spion. Pada sebuah perhentian, mungkin saya akan menemukan seorang wanita yang tepat untuk menemani perjalanan ini. Saya pasti akan menceritakannya ke Anda melalui blog ini.

So, 27, sampai jumpa tahun depan, ya.

 

 

 

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 157 diantaranya adalah kunjungan hari ini.