Cinta itu Emosi
Penulis: Iqbal Maesa.
Banyak orang yang bilang cinta itu dari mata turun ke hati. Cinta tidak hanya sekedar ikatan yang menautkan dua insan (yang mana menjadi sudut pandang membahas cinta dari sisi hubungan antarpribadi) namun juga adalah gejolak yang seorang insan rasakan. Dengan pemakaian kata ‘hati’ secara awam, cinta bisa dilihat sebagai emosi. Michelle Shiota dan James W. Kalat dalam bukunya yang berjudul Emotion mengutarakan bahwa ‘cinta’ adalah kata paling umum yang disampaikan orang ketika diminta untuk membuat daftar nama emosi setidaknya untuk populasi Barat. Emosi digambarkan sebagai gabungan antara reaksi fisik dan label yang pikiran kita berikan atas suatu stimulus tertentu. Emosi terkadang diseberangkan dengan rasio. Terdapat setidaknya tiga paradigma dalam memandang cinta sebagai emosi.
Paradigma pertama mengemukakan bahwa seseorang harus degdegan ketika melihat sang tercinta terlebih dahulu untuk merasakan emosi cinta. Pandangan ini yang sering menjadi landasan orang-orang yang menyarankan untuk mengajak kencan yang memicu aktivitas dengan adrenalin, karena rasa degdegan yang muncul dapat ‘disalahartikan’ oleh tubuh sebagai emosi cinta. Namun demikian, muncul paradigma yang menyatakan bahwa sebelum reaksi fisik atas emosi cinta muncul, harus terjadi pengambilan keputusan yang menyimpulkan bahwa ada ketertarikan pada yang tercinta sehingga bisa muncul degdegan yang mengakibatkan emosi cinta muncul. Hal ini berimplikasi bahwa kegiatan yang merangsang adrenalin akan percuma jika yang tercinta sudah memvonis pada kamu bukan tipenya dia. Perspektif ketiga dalam memandang cinta sebagai emosi adalah keterpisahan antara apa yang tubuh alami dan apa yang kita pikirkan. Perbedaan pandangan ini dengan pandangan sebelumnya adalah tidak perlu ada satu mendahului yang lain. “Berdebar rasa di dada, saat ku tatap matanya…” dan “…selalu teringat oh dirinya” bisa dialami bersamaan untuk membentuk emosi cinta.
Menurutku, tidak ada satu pendekatan yang 100% benar. Namun yang ku tahu pasti, pendekatan pada yang tercintalah yang benar.,