CingCing dan Teh Kotaknya
Penulis: Tyas Anastashia.
Bertemu dan mengenal pria seperti dirinya bukanlah citacita yang saya inginkan. Bahkan mengetahui bahwa dirinya ada bersama saya di satu sekolah pun , saya tidak tahu. Ya, saya dan dia memang bersekolah dan tinggal di asrama yang sama saat itu. Dia kakak kelas dua tingkat diatas saya. Saya kelas satu dan dia kelas tiga. Mungkin hal inilah yang membuat saya tidak tahu bahwa ada makhluk hidup seperti dia di dalam asrama. Terlebih karena teman-teman di angkatan nya, entah karena ‘Sindrom Senioritas’ atau memang seperti itu aturan yang berlaku di asrama, membuat saya enggan untuk mengenal kakak kelas di asrama.
Aloysius Gonzaga Anggara Gita Arwandata atau yang biasa saya panggil CingCing saat ini memang menjadi pribadi yang menakjubkan. Dikelilingi perempuan-perempuan cantik hanya dengan bermodalkan rayuan gembel, yang mana bisa membuat pria lain memandang iri padanya. Namun CingCing yang sekarang amat sangat berbeda dengan dulu. Mari saya kenalkan kepada sosok yang suka mengaku bisa membahagiakan wanita ini.
Kami saling bertegur sapa untuk pertama kalinya adalah melalui sms nyasar. Dia mengirim sms ke nomor hape saya, namun ditujukan kepada teman nya yang di Galaksi – Bekasi. Aneh? Sangat aneh menurut saya. Sms pertama tidak saya tanggapi, namun ia masih mengirim sms yang sama ke nomor saya kembali. Kemudian saya membalas pesan tersebut dan mengatakan bahwa orang yang dimaksud di dalam sms tersebut bukanlah saya. Namun apa jawaban nya?
“Oh maaf, karena nama lo atas bawah sama nama temen gw”
Dari sini saya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa memang ia berniat untuk membuka obrolan terhadap saya, karena jika tidak, mana mungkin ia sudah menyimpan nomor saya terlebih dahulu. Hal yang masuk di akal bukan?
Saat itu saya sedang berada di dalam situasi yang agak konyol memang, saya menjadi musuh angkatan nya. Bayangkan, menjadi musuh kakak kelas. Perempuan macam apa saya ini, sampai itu kakak kelas bersatu untuk mem-bully saya habis-habisan. Tidak pandang cewek atau cowok, semua ngata-ngatain saya. Dari atas sampai bawah fisik saya mereka pandangi, dari ujung koridor sampai ujung yang satu nya lagi, mulut manis mereka selalu berucap. Dari ruang makan – ruang belajar – ruang tidur hingga kamar mandi, mereka tiada henti menggerutu. Bahkan saya sempat dipanggil ke kamar mandi ketika jam belajar, hanya untuk mendengarkan mereka ngata-ngatain saya. Dan ketika ada suster asrama datang, mereka semua ngibrit ke kamar mandi ninggalin saya. Curang sekali mereka meninggalkan saya seorang sendiri.
“Oh ini, perempuan yang sok cantik itu?”
What?!! Kalimat ini selalu mampir di telinga saya, ketika saya lewat. Dan tahukah karena hal apa mereka melakukan ini? Hanya karena saya tidak menerima pernyataan cinta salah satu cowok teman mereka, namun saya lebih memilih teman sekelas saya untuk di jadikan pacar kala itu. Konyol? Memang! Padahal ini adalah hak privacy saya untuk memilih. Namun siapapun tahu, adik kelas akan selalu salah di mata kakak kelas nya. Apapun dan bagaimanapun keadaannya. Dan rasa solidaritas yang tinggi untuk teman mereka pun terbentuk, dengan satu tujuan bersama, mem-bully saya. Dan untuk yang lebih menakjubkan nya lagi, saya mendapat surat petisi dari mereka, terutama kakak kelas cowok, berisikan tandatangan dan umpatan yang ditujukan kepada saya, dengan kata-kata antara lain “Kita semua benci loe” , “Ga usah sok cantik deh” dan entah apalagi yang mereka tuliskan kala itu. Laki-laki loh padahal mereka semua. Dan CingCing ikutan tandatangan di dalam surat ini!!
Waktu terus berputar, saya hidup di asrama dengan segala kekonyolan kakak kelas yang tidak akan mungkin bisa dirasakan oleh anak SMA pada umumnya. Lalu kemudian kekonyolan lainnya yang dilakukan oleh kakak kelas saat itu adalah, memberantas Jomblo! Jadi ini adalah ajang pencarian pacar yang dilakukan oleh angkatan mereka dengan ritual tersendiri, untuk membuat para jomblo langsung mendapatkan pacar dengan terpaksa cepat. Dan CingCing pun masuk ke dalam nominasi nya, dengan SAYA sebagai korban target.
Di satu malam setelah jam belajar berakhir, yang kemudian dimanfaatkan oleh beberapa anak asrama untuk bertemu pacar sebelum bobok ini juga dimanfaatkan oleh kakak kelas kurang kerjaan itu untuk menyeret CingCing ke dalam refter (sebutan ruang makan bagi anak asrama) dan kemudian memanggil saya. 30 november 2005, usia saya masih 15 tahun kala itu, masih bocah sekali saya. Ia seperti dipaksa untuk menembak saya, diiringi lagu Dari Hati-Club eighties, dengan kondisi refter gelap gulita yang bahkan hingga saat ini saya tidak tahu tujuan nya apa lampu dimatikan saat itu. Dan teman-teman cowoknya mengelilingi kami berdua. Apa yang saya rasakan saat itu? Seperti kelinci di kandang singa. Kenal CingCing aja baru seumur jagung, udah diajak pacaran. Bahkan ketemu untuk memastikan wajahnya seperti apa bentuknya, bisa dihitung oleh satu tangan. Pikir saya, kalau ini beneran, dan saya menolak teman mereka untuk yang kedua kalinya, saya mungkin akan benar-benar habis. Atau mungkin ini hanya permainan iseng mereka yang kurang kerjaan itu, jadi saya iyakan saja malam itu.
Lalu kemudian saya kembali ke kamar, untuk tidur malam dan bisa bernafas lega karena saya bebas dari terkaman kakak kelas itu. Namun tak lama kemudian ada yang mengetuk ruang tidur dan mengantarkan sesuatu untuk saya, dengan pesan khusus. Yang dikirimkan kepada saya adalah sebuah HP ilegal, yang digunakan oleh CingCing menhubungi saya kala itu. Saya katakan ilegal, karena asrama saya melarang ketat kami menyimpan HP sendiri. Kami hanya memiliki satu jam setiap harinya untuk menggunakan HP tersebut. Jadi ketika HP tersebut sampai ditangan saya, saya diminta berhati-hati terhadap para suster dan penjaga asrama. Kami hidup macam pengedar narkoba kala itu, selalu berhati-hati dari pengawasan.
SMS pertama yang saya terima dari CingCing adalah permintaan maaf untuk sikap teman-temannya, dan ia mengakui bahwa ia serius dengan saya. Sejak itulah kami menjalin cerita baru.
Pacaran di asrama bukanlah hal yang menjanjikan untuk selalu bisa bersama, namun karena hal itu, kami memiliki banyak kreatifitas untuk bisa selalu berkomunikasi. Salah satunya adalah melalui BS atau Buku Surat. Jadi kami yang berpacaran dan agak sulit untuk bertemu karena aturan di asrama, selalu memanfaatkan BS ini untuk berbagi kisah atau bahkan sekedar mengutarakan perasaan yang sedang dialami. Dan cara memberikan buku ini pun terbilang unik, di asrama kami bertaburan banyak sekali para kurir cinta, yang harus selalu siap mengantarkan barang-barang dari pengirim kepada penerima. Siapapun dan kapanpun. Tak hanya buku surat, jika ada pasangan yang ingin berbagi perhatian melalui segelas susu coklat, cemilan, boneka, coklat batangan, jaket atau bahkan baju seragam sekalipun para kurir ini harus siap mengantarkannya. BS yang aku dan CingCing miliki sudah banyak saat itu, dan tidak perlu gembok untuk mengunci buku nya. BS nya pun berbentuk sederhana, hanya sebuah buku tulis biasa, dan kami percaya penuh kepada para kurir tersebut tidak akan membaca isi dari buku tersebut.
Satu hal unik di antara saya dan CingCing adalah terletak pada tanggal lahir kami berdua, saya ulangtahun di tanggal 01 Juni dan dia berulangtahun di tanggal 02 Juni. Dan kami akan selalu menghabiskan waktu di telepon dari tanggal 01 malam hingga berganti menjadi tanggal 02 Juni. Dan memiliki hubungan dengan CingCing memang membawa hal yang unik, ia berusaha menyajikan banyak hal sepele dengan cara yang berbeda. Salah satunya yang masih saya ingat adalah ketika ia ingin mengantarkan surat kepada saya. Saat itu jam sekolah memang, letak kelas dia berada di atas dan saya berada di lantai bawahnya. Dan ia tahu persis kalau saya duduk di sebelah jendela. Ia mengikat surat tersebut ke sebuah tali dan mengulur talinya ke arah bawah, seperti orang memancing. Satu hal yang membuat saya tersenyum sendiri kala itu.
Oh iya, hal mengejutkan lainnya adalah, ia tidak pernah menyebut nama saya di awal tulisan surat nya, atau menuliskan nama saya sebagai tujuan surat nya. Ia hanya menuliskan nama kelas dan nomor absen saya saat itu. Beruntung bentuk tulisan nya yang langka langsung saya kenali. Saya selalu terhibur dengan sikap dan cara dia menjaga hubungan kami saat itu, Berusaha membentuk hubungan kami semenarik mungkin, sekalipun kami tidak pernah bertemu setiap hari seperti pasangan lainnya. Tapi saya bersyukur, karena cara kami mejalin hubungan tidak seperti teman-temannya.
Karena CingCing saya jadi mulai berani menyimpan HP secara ilegal, dan tentu membuat orangtua saya geleng-geleng kepala, karena setahun saya hidup di asrama mereka sudah di panggil menghadap suster kepala asrama, dengan alasan saya sudah mulai berani menyelundupkan HP. Disinilah asyiknya hidup berasrama jika ada teman-teman saya yang bertanya. Mereka tentu tidak tahu rasanya memperjuangkan sebuah HP untuk tetap bisa berkomunikasi.
CingCing adalah pribadi yang menyenangkan, dan seorang pejuang keras untuk mendapatkan hal yang diinginkan nya. Hal ini sungguh saya lihat, ketika kami berdua memiliki masalah. Dengan segenap hati dan niat ia menunjukkan pada saya , seperti apa yang memang diinginkan nya. Namun perbedaan pendapat dan jarak yang mengharuskan kami berdua jalan dengan kehendak masing-masing.
Hal lain yang masih melekat di benak saya adalah, kegilaan nya terhadap sepakbola dan teh kotak. Ia rela mencari cara untuk bisa menonton pertandingan sepak bola , terutama klub Inter kebanggaan nya. Dan kaos bola klub kesayangan nya pun menjadi pilihan ia untuk kado ulangtahun saya kala itu. Bisa jadi pula ia sibuk menonton sepakbola dengan sebuah teh kotak dingin di tangan nya.
Hari lain yang menarik bagi saya adalah ketika ia mengajak saya untuk makan sepulang gereja, untuk makanan kegemarannya, Swike. Saya sampai menelan ludah berkali-kali membayangkannya. Bahkan saya sempat berkata padanya, bahwa dia orang yang aneh karena makan seperti itu.
CingCing memiliki pribadi yang berbeda dengan teman-temannya, sekalipun selalu membuat saya kesal setengah mati dengan sifat nya yang centil saat itu. Tapi ia tidak pernah berubah, bahkan hingga saat ini kami tetap menjalin hubungan baik sebagai teman. Dan selalu berusaha menyenangkan oranglain, walau terkadang sebenernya ia adalah orang yang amat merepotkan dirinya sendiri dengan tingkah dan ucapannya. Namun ia akan selalu terkenang di hati banyak orang, saya yakin seperti dulu..
“ Aku mau pergi keluar asrama dulu ntar siang. Kamu mau nitip sesuatu?”
“Ga usah deh, ntar repot. Eh tapi gue mau teh kotak deh. Yang dingin!”
*Keep in touch, CingCing! 🙂
nice
Haha… Kirim tulisan lagi ya, mbak.. hehe
setelah gue baca kembali disini, kebanyakan kata “dan”
:'(
pemborosan kata bangettt
Namanya juga nulis buru-buru kan yaa.. Jadi ga sempet dibaca lagi, revisi, baca lagi, revisi lagi..
Ditunggu yang tentang Sedes yak. Hehe