Ayolah, Tidak Bisa Kita hanya #dirumahaja

Gak bisa banget kita semua benar-benar #dirumahaja sambil menunggu langkah pemerintah. Masyarakat kita gak kaya negara maju yang bisa anteng di rumah dan tetap bisa bertahan hidup berhari-hari tanpa mencari nafkah. Benar bahwa #dirumahaja bisa menghentikan laju penyebaran dan meringankan petugas medis, tapi untuk beberapa rumah, diam ga ngapa-ngapain sama aja bunuh diri – mati kelaparan – kehilangan pekerjaan.

Corona ini gak cuma menyerang tubuh, tapi juga sektor ekonomi. Dan masyarakat kita dari dulu sudah lebih takut mati ga bisa makan ketimbang mati karena penyakit atau kesakitan. Inget ga, waktu ada serangan teroris di Thamrin, lalu masih tetap ada yang jualan sate? Mending gue mati kena bom, tapi berpeluang membawa sejumlah uang untuk anak istri di rumah, ketimbang lari ke rumah dengan nyawa selamat tapi tangan hampa.

Dengan memberlakukan #dirumahaja berarti kita akan melihat 3 kategori rumah:

  1. Rumah yang bisa berdiam diri main sosmed, nonton film, menjaga jarak berhari-hari tapi dapur tetap ngebul.
  2. Rumah yang patuh berdiam diri berhari-hari tapi tinggal menunggu waktu kehilangan pekerjan, kelaparan
  3. Rumah yang mau tidak mau nekat bekerja, karena bila tidak ya akan kehilangan pekerjaan dll.

Solusi work from home hanya berlaku untuk level manager ke atas. Level Suypervisor apalagi staff ecek-ecek memang bekerja work from home tapi tidak setiap hari. Palingan 3 hari, trus masuk kantor lagi. Atau pengecualian untuk yang berstatus ibu boleh full bekerja dari rumah. Tapi yang Ayah?

Artinya, kita punya 2 pilihan bila ingin selamat:

1) Memastikan orang-orang yang #dirumahaja tanpa bekerja bisa tetap makan. Gimana caranya? Ya kasih makan gratis
2) Mempersenjatai orang-orang yang nekat bekerja dengan handsanitizer atau masker atau apalah itu.

Gue gak ngerti dengan anak-anak muda yang merasa sudah cukup membantu dengan diam #dirumahaja. Kita harus bersama-sama bergerak karena ga mungkin beraksi seorang diri juga.

Ini gue bikin kegiatan Nella Fantasia Dukung Usaha Lokal. Tapi tidak ada seorang pun followers atau teman yang bersedia repost. Ngeri banget. Bahkan sekedar repost pun berat.

https://www.instagram.com/p/B98mAShjgQq/

Gue punya sumber daya ide, gue punya NF, tapi itu aja ga cukup kalau ga ada yang bantu menyebar. Mental kita semiskin itu.

Padahal dengan membantu home industry, kita bisa bantu rumah-rumah yang ingin keluarganya selamat dengan berdiam di rumah. Mencari uang dari rumah. Atau bahkan kita bisa juga membantu para Ibu yang ingin meyakinkan suaminya untuk tetap di rumah tapi tetap punya penghasilan.

Tapi nyatanya, kita lebih senang menggunakan sosial media untuk hahahihi.

Sekarang kita punya 2 pilihan: Ngasih makan gratis ke rumah-rumah yang tidak bisa makan tanpa bekerja atau mempersenjatai rumah-rumah yang harus nekat bekerja demi bisa bisa makan.

Saat ini gue lagi berusaha mencari orang yang bisa bikin handsanitizer low budget dalam jumlah banyak, dan lagi nyari orang yang bersedia menjadi donatur.

Gue pingin bagi-bagiin ke lingkungan sekitar, agar mereka bisa tetap cari makan dengan meminimalisir risiko terpapar. Karena menurut gue, kita ga bisa cuma menyelamatkan rumah masing-masing.

Buat apa kita selamat, tapi tetangga tidak? Yakin tetangga kita bisa hidup tanpa bekerja berhari-hari?

Teknis pembagiannya gimana, nanti bisa dipikirin. Tapi intinya, kita juga harus memikirkan lingkungan sekitar kita masing-masing. Ga bisa merasa cukup dengan menyumbang koin ke parpol, artis, kitabisadotcom dll, karena belum tentu mereka akan menyalurkan bantuannya ke wilayah kita.

Semoga ide ini disambut baik. Semoga banyak yang tergerak. Kalian yang membaca ini harusnya menghubungi gue. Kita bahu membahu menyelamatkan lingkungan sekitar.

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 98 diantaranya adalah kunjungan hari ini.