Profesionalisme dan Integritas

Kata Dahlan Iskan, “jangan pernah melawan 3 orang ini: atasan, orang kaya, dan orang gila”

Gue pernah bekerja sebagai bawahan dan atasan,

Baik saat bekerja sebagai atasan bawahan, prinsip gue ada dua: profesionalisme dan integritas.

Profesionalisme tentu saja terkait pekejaannya, sementara untuk integritasnya ada 2 kiblat: Integritas terhadap pekerjaan dan kemanusiaan.

Contoh profesionalisme: Datang tepat waktu, tidak pulang sebelum waktunya, tidak mangkir, berpakaian dan bertutur kata dengan layak, mengerjakan tugas sebagaimana prosedur yang telah ditentukanm dan mematuhi aturan yang berlaku.

Intergritas terhadap pekerjaan contohnya rela menambah jam kerja ketika dibutuhkan. Inisiatif menambah porsi kerja demi kemajuan perusahaan. Tidak mengambil keuntungan pribadi yang merugikan perusahaan.

Integritas terhadap kemanusiaan contohnya tidak menyusahkan pekerjaan teman, membuat keputusan yang memprioritaskan kondisi fisik dan perasaan rekan kerja.

Suatu ketika gue mogok kerja. Dua hari. Pasalnya, gaji gue telat dibayar dua hari. Bukan cuma itu, di bulan sebelumnya gaji gue juga telat satu hari, akan tetapi saat itu gue gak pakai acara mogok kerja.

Di bulan pertama, gaji gue yang harusnya dibayar tanggal 10, belum dibayarkan juga sampai tanggal 11. Gue hubungi pihak yang berkajiban membayar. Sekedar mengingatkan. Tau gak jawaban dia apa?

“Nanti malam. Aman”

Cuma gitu aja. Tidak ada kalimat maaf, padahal telat membayar gaji itu sebuah kesalahan. Gue sempat berpikir, mungkin nanti ucapan maafnya sekalian menunjukan transferan gaji. Dan ternyata pada malam hari ketika mengirimkan screenshot gaji, tidak ada ucapan maaf. Seakan hal normal-normal saja.

Oke, gue gak ambil pusing. Gue gak protes. Gajian harusnya tanggal 10, sampai dengan 11 sore belum digaji tapi gue tetap bekerja.

Lalu di bulan kedua telat lagi. Harusnya gajian tanggal 10, kali ini dibayar tanggal 13 jam 00.30 dini hari. Tengah malam itu. Artinya telat 2 hari.

Di tanggal 11, gue tetap bekerja, dengan berpikir ya udahlah palingan 11 malam nanti baru ditransfer. Eh tanggal 12 belum juga digaji, jadinya gue bekerja. Tanggal 13-nya, yaitu hari ini, gue tetap tidak bekerja, walau tengah malam tadi gaji sudah dibayar.

Kenapa? Karena gajiannya telat 2 hari. Dan di tanggal 11, yang harusnya gue udah terima gaji, di hari itu gue tetap bekerja normal. Jadi anggap aja tanggal 13 ini menggantikan yang tanggal 11.

Menurut atasan gue, gue gak punya integritas dan ngambekan. Selain itu kinerja gue juga jelek. Menurut dia, gue harusnya tetap lanjut bekerja karena semua orang punya kelemahan. Dan satu lagi, terlebih ini gajian telat karena “faktor lupa”

Gue gak membalas komentar apa pun.

Selama gue bekerja, gue gak pernah telat, selalu siap bekerja di luar jam kerja tanpa dibayar lembur, selalu memberi laporan kerja tanpa diminta, dan melakukan inisiatif kerja demi kebaikan perusahaan.

Dan bila karena gue mogok kerja trus diberi label gak punya integritas, tentu itu artinya tidak masuk akal.

Sudah telat menggaji, eh malah mengeluarkan pernyataan negatif ini itu tentang kinerja gue.

Begini, agar semua orang tahu. Kinerja itu ukurannya nominal gaji. Kalau kinerja gue jelek, maka yang dibahas seharusnya besaran gajinya. Bukan berarti minta permakluman terhadap telat menggaji. Terlebih karena faktor lupa.

Lupa menggaji, apalagi 2 bulan berturut-turut, dengan alasan lupa pula, itu sudah menunjukan tidak profesionalisme dan integritas. Bahkan bukannya minta maaf, eh malah mengeluarkan rangkaian penyataan negatif. Itu menunjukan attitude.

Gue yang dirugikan aja tidak tega mengeluarkan pendapat “tidak profesional’

Seumur umur gue bekerja sebagai bawahan, gue bertemu banyak orang hebat, dari berbagai mancanegara dan latar belakang pendidikan, gue belum pernah telat digaji dan disebut tidak punya integritas, ngambekan, dll.

Seumur umur gue jadi atasan, gue belum pernah telat menggaji karyawan, dan menghujani karyawan gue dengan label label negatif.

Baik sebagai atasan maupun bawahan, gue dan rekan kerja, selalu mengedepankan dialog tanpa menuding, berani mengucapkan maaf, dan terima kasih.

Attitude.

Tulisan ini telah dikunjungi sebanyak 1 kali, 500 diantaranya adalah kunjungan hari ini.